LAPORAN
PRAKTIKUM REKAYASA DAN PROSES PANGAN
Pengamatan Sifat Fisik Beras
Disusun
Oleh:
Kelompok
1
Ashilah
Salim 2014349119
Dewi
Arfika Yuliyati 2014349118
Dwi
Febriyani 2013340019
Inten
Deppy Salera 2013340009
Luneta
Aurelia Fatma 2013340014
Muhammad Rofit Amrizal 2013340096
Nisrina
Khairani 2013340048
Triana
Ayu Wulandari 2013340052
Jurusan
Teknologi Pangan
Fakultas
Teknologi Industri Pertanian
Universitas
Sahid Jakarta
2015
1. Landasan
Teori
Indonesia
merupakan salah satu negara agraris yang tentunya sangat kaya akan
tumbuh-tumbuhan. Indonesia memiliki jenis tanah dan iklim yang sangat baik
untuk membudidayakan tumbuhan (Adiratma, 2004). Tumbuhan itu sendiri
mendatangkan banyak manfaat bagi Indonesia dan penduduknya. Kaya akan berbagai
jenis tumbuhan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, sandang, papan, obat,
dan berbagai kebutuhan lain untuk mencukupi kehidupan penduduknya.
Beras
( Oriza sativa ) merupakan hasil olahan tanaman padi yang telah mengalami
pelepasan tangkai serta kulit biji baik dengan cara digiling maupun ditumbuk Kadar amilosa penting untuk menentukan jenis
beras yang disukai konsumen. Nasi yang berasal dari beras dengan kadar amilosa
lebih rendah dari 25% akan bersifat antara lain: warna mengkilap, agak lekat
dan akan tetap lunak walaupun dibiarkan beberapa jam sesudah masak. Berikut
merupakan klasifikasi ilmiah dari beras/padi. Sebagaimana bulir serealia lain,
bagian terbesar beras didominasi oleh pati (sekitar 80-85%). Beras juga
mengandung protein, vitamin (terutama pada bagian aleuron), mineral, dan air. Pati
beras dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu amilosa dan amilopektin
(Astawan, 2004). Komposisi kedua golongan pati ini sangat menentukan warna
(transparan atau tidak) dan tekstur nasi (lengket, lunak, keras, atau pera).
Pengamatan
beras dilakukan secara fisikokimia meliputi warna, tekstur, bentuk, daya serap,
rasio pengembangan, berat, dan densitas kamba.
Sifat-sifat fisikokimia beras sangat menentukan mutu tanak dan mutu rasa
yang dihasilkan. Lebih khusus lagi, mutu ditentukan oleh kandungan amilosa,
kandungan protein dan kandungan lemak.pengaruh lemak terutama muncul setelah
gabah atau beras disimpan. Selain kandungan amilosa dan protein, sifat
fisikokimia beras yang berkaitan dengan mutu beras adalah sifat yang berkaitan
dengan perubahan karena pemanasan dengan air, yaitu suhu gelatinasi padi, pengembangan
volume, penyerapan air, viskositas pasta dan konsistensi gel pati. Sifat-sifat
tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan bekerja sama dan saling berpengaruh
menentukan mutu beras, mutu tanak, dan mutu rasa nasi.
Persyaratan mutu beras yang ditentukan
oleh Bulog dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu persyaratan kualitatif dan
persyaratan kuantitatif. Persyaratan kualitatif ditentukan secara subjektif
yang meliputi bau, suhu, hama penyakit dan bahan kimia. Persyaratan tersebut
tidak dapat ditentukan dalam satu satuan, tetapi dinyatakan dengan
membandingkan terhadap contoh. Bau beras yang tidak disenangi adalah bau apek
dan bau alkoholik. Bau apek terutama disebabkan oleh hasil perusakan minyak,
bau asam dan alkoholik disebabkan oleh hasil fermentasi gula. Pengujian bau
dilakukan dengan membandingkan terhadap contoh yang ditetapkan atau pembanding
lainnya. Disyaratkan bahwa pada semua tingkatan mutu, sampel tidak boleh
mengandung tanda-tanda keberadaan hama atau penyakit hidup, telur, kepompong,
atau jamur baik dalam bentuk spora maupun miselia. Pengamatan dapat dilakukan
secara langsung atau dengan kaca pembesar. Pada ketentuan mengenai mutu beras
juga dipersyaratkan bahwa beras tidak boleh mengandung sisa-sisa obat
antiserangga atau obat antijamur serta bahan kimia lainnya. Keberadaan bahan
kimia ini dapat ditentukan dengan pembauan. Persyaratan kuantitatif beras yang
ditetapkan oleh Bulog, sebagian besar menyangkut akibat perlakuan-perlakuan
lepas panen (Haryadi, 2006).
Beras yang digunakan untuk pengamatan yaitu beras
pera dan beras pulen. Beras pera memiliki kandungan amilosa lebih tinggi
dibandingkan beras pulen sehingga membutuhkan air lebih banyak dibandingkan
beras pulen. Karena dari itu praktikan ingin mengetahui pengamatan beras secara
fisikokimia.
2. Tujuan
Pengamatan
- Mengetahui sifat fisik, warna, tekstur, bentuk beras.
- Mengetahui berat dan densitas kamba beras.
- Mengetahui daya serap air dan rasio pengembangan beras.
- Mengetahui apa saja perbedaan beras pera dengan beras pulen
3. Alat
dan bahan
Alat:
Bahan:
·
Lup -
beras pera
·
Jangka sorong - beras
pulen
·
Gelas ukur - 40 ml
·
Heater
·
Gelas beaker
·
Micrometer sekrup
·
Timbangan digital
·
Pisau
·
Wadah
4. Alur
Kerja
5. Data
pengamatan
- Warna dan Bentuk
Jenis Beras
|
Warna
|
Beras pera
|
III
|
Beras pulen
|
II
|
Keterangan:
I. Sangat putih
II. Putih
III. Agak putih (putih kekuningan)
IV. Tidak putih (kuning)
Pada beras pera dan pulen yang
dilihat dengan menggunakan lup, terlihat bagian-bagian seperti endosperm
(bagian bening butir beras berwatna putih), starchy endosperm (bagian titik
putih di tengah butir beras), embryo (ujung butir beras) dan pericarp (bagian
luar butir beras). (gambar telampir)
- Ukuran
Jenis beras
|
Panjang
|
Tebal
|
Beras pera
|
0,695 cm
|
0,16 cm
|
Beras pulen
|
0,77 cm
|
0,17 cm
|
- Berat dan Densitas Kamba
Jenis Beras
|
Berat (gram)
|
Densitas Kamba
(gram/ml)
|
Beras pera
|
1
|
87
|
Beras pulen
|
2
|
84
|
Keterangan: berat dihitung dari 100
butir beras dan densitas kamba diukur dengan takaran 100 ml
- Tingkat Kekerasan
Jenis beras
|
Tingkat kekerasan
|
Beras pera
|
II
|
Beras pulen
|
III
|
Keterangan:
I.
Sangat keras
II.
Keras
III.
Agak keras
IV.
Tidak keras
- Daya Serap Air Pada Suhu 80˚C
Jenis beras
|
Bobot Sebelum
Dimasak
(gr)
|
Bobot Sesudah
Dimasak
(gr)
|
Beras pera
|
2,005
|
4,470
|
Beras pulen
|
2,003
|
4,242
|
Keterangan:
Lama
pemasakan 20 menit
Air
untuk memasak masing-masing 20 ml
·
Daya Serap Air (Pulen) =
= 4,470 –
2,005
2,005
= 1,229 gr
·
Daya Serap Air (Pera) =
=
4,242 – 2,003
2,003
= 1,117 gr
- Rasio Pengembangan
Jenis beras
|
Sebelum
dimasak
|
Sesudah
dimasak
|
||
Rata-Rata
Panjang
(cm)
|
Rata-Rata
Tebal
(cm)
|
Rata-Rata
Panjang
(cm)
|
Rata-Rata
Tebal
(cm)
|
|
Beras pera
|
0,5
|
0,2
|
0,7
|
0,3
|
Beras pulen
|
0,7
|
0,1
|
0,9
|
0,2
|
Keterangan: rata-rata berdasarkan dari sampel
10 butir beras
Rasio Pengembangan
·
Rata-rata
panjang butir beras =
(pulen) =
=
1,285 cm
·
Rata-rata tebal
butir beras =
(pulen) = 0,2
0,1
= 2
cm
·
Rata-rata panjang butir beras =
rata-rata panjang sesudah
rata-rata panjang sebelum
(pera) =
·
Rata-rata tebal butir beras =
(pera) = 0,3
0,2
=
1,5 cm
G. Struktur Fisik
a.
Beras Pera
Dibelah Melintang
Beras
pera yang dipotong melintang mempunyai garis serat yang lurus dan mempunyai
bintik putih di ujungnya. (gambar
terlampir)
b.
Beras Pera
Dibelah Membujur
Beras
pera yang dipotong membujur mempunyai garis serat yang menyerupai titik-titik
pendek yang menyebar diseluruh permukaan potongan beras tersebut. (gambar terlampir)
c.
Beras
Pulen Dibelah Melintang
Beras
pulen yang dibelah melintang mempunyai serat yang berbentuk “ “ bertumpuk sehingga memenuhi permukaan beras
dan pada tengah beras terdapat seperti gumpalan putih dan bintik putih. (gambar terlampir)
d.
Beras
Pulen Dibelah Membujur
Beras
pulen yang dipotong membujur memiliki serat terputus-putus dan memiliki dua
gumpalan putih ditengahnya. (gambar
terlampir)
6. Hasil
dan Pembahasan
Pada pengujian beras kami melakukan
pengamatan dengan 2 jenis beras ,yaitu beras pera dan beras pulen, yang menjadi
parameter kami adalah warna sangat putih , putih , agak putih dan tidak putih. Hasil
dari pengamatan kami adalah beras pulen berwarna putih dan beras pera berwarna agak
putih itu dikarenakan hanya memiliki sedikit aleuron, dan kadar amilosa lebih
dari 25 %, sedangkan pada beras pulen memiliki kadar amilosa 7-20 %, aleuron
yang lebih banyak daripada beras pera dan amilosa yang lebih rendah itu sebabnya beras pulen putih atau
tidak begitu transparan. Bagian-bagian yang terdapat pada beras adalah epicarp,
Selain diselimuti epicarp, terdiri dari cellulose yang keras, sebiji beras juga
memiliki struktur lapisan kulit dalam yang disebut pericarp, terdiri atas 2-3
lapis sel yang dibatasi selapis sel kubik bernama aleuron. Lapisan ini melingkupi bagian dalam biji yang disebut
endosperm. Sedangkan lembaga, yang merupakan bakal benih tanaman, melekat pada
bagian pangkalnya.
Pada pengamatan kami yang kedua, kami melakukan
pengamatan terhadap perbedaan ukuran beras pera dan beras pulen. Disimpulkan
bahwa beras pulen memiliki ukuran lebih panjang dan lebih tebal daripada beras pera.
Hal ini dikarenakan perbedaan varietas padinya.
Pengamatan berikutnya kami menguji daya serap
air pada suhu 80 dan daya serap air menunjukkan jumlah air yang
dapat diserap oleh bahan yang mencerminkan tingkat kelunakan bahan. Berdasarkan
perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa daya serap air yang terbesar terdapat
pada beras pulen.
Daya serap air berbanding lurus dengan rasio
pengembangan. Bahan pangan yang memiliki daya serap air yang tinggi memiliki mutu
yang rendah. Daya serap yang tinggi berarti kandungan airnya juga tinggi. Nilai
daya serap air yang tinggi dimiliki oleh beras pulen sehingga apabila dimasak
berat nasi pulen lebih besar dibanding nasi pera.
Selanjutnya mengukur rasio pengembangan beras,
dari uji rasio pengembangan pada beras diperoleh hasil rasio pengembangannya yaitu
untuk beras pulen 1,285 cm (panjang) dan 2 cm (tebal) lalu untuk beras pera 1,4
cm (panjang) dan 1,5 cm (tebal). Dari data
tersebut disimpulkan bahwa nilai rasio pengembangan panjang lebih besar pada
beras pera sedangkan untuk tebal adalah beras pulen. Hal ini dikarenakan bentuk
dan struktur beras yang berbeda.
Kekerasan suatu bahan beras sangat berpengaruh
terhadap rasio pengembangan dan daya serap bahan terhadap air. Bahan yang
memiliki tekstur yang lembut seperti jagung lebih banyak menyerap air
dibandingkan dengan beras putih yang memilki tekstur yang keras. Banyak dan sedikitnya
bahan menyerap air saat dimasak mempengaruhi berat akhir bahan setelah dimasak,
bahan yang telah dimasak cenderung memiliki berat yang lebih besar dibandingkan
dengan bahan sebelum dimasak, hal ini terjadi akibat proses pemasakan yang
mengakibatkan bahan menyerap air. Proses pemasakan bahan juga mempengaruhi rasio
pengembangan bahan. Bahan yang banyak menyerap air selain mengakibatkan pertambahan
berat bahan juga mempengaruhi panjang, lebar, dan tebal bahan. Bahan yang
banyak menyerap air menyebabkan pertambahan panjang, lebar dan tebal bahan yang
lebih besar, sehingga bahan yang lembut seperti jagung, setelah proses
pemanasan panjang, lebar dan tebalnya bertambah, sedangkan beras putih yang
memiliki tekstur yang lebih keras mengalami pertambahan panjang tetapi tidak
sebesar dengan bahan yang memilki tekstur yang lembut.
Pada pengamatan berat pada beras
pera dan pulen yang ditimbang masing-masing sebanyak 100 butir didapatkan berat
beras pulen lebih berat dibanding beras pera. Untuk densitas kamba yang diukur
sebanyak 100 ml lalu ditimbang, didapat nilai paling tinggi pada beras pera. Berat
dan densitas kamba beras dibedakan oleh bentuk
pada beras pulen dan beras pera, bentuk beras pulen yang memilki bentuk lonjong
memiliki densitas kamba yang lebih luas daripada beras pera yang memiliki bentuk
beras bulat. Berat beras ditentukan oleh kandungan dan kepadatan beras itu sendiri.
Pada pengamatan struktur fisik beras
pera dan pulen digunakan metode memotong melintang dan membujur pada butir
beras. Hasil pengamatan didapatkan bahwa terdapat perbedaan bentuk serat dan
letak bintik putih. Pada butir pera memiliki serat berbentuk lurus dan bintik
putih yang diduga merupakan embrio terletak di ujung butir, sedangkan butir
pulen memiliki serat yang melengkung bertumpuk dan bintik putih terletak
ditengah. Sehingga disimpulkan bahwa struktur fisik beras pera dengan pulen
berbeda dan kemungkinan juga karena perbedaan varietas padinya.
7. Kesimpulan
Warna
beras dipengaruhi oleh derajat sosoh, kandungan amilosa, dan
perubahan-perubahan selama penyimpanan beras. Derajat sosoh yang makin tinggi
mengakibatkan makin banyak kulit ari yang terlepas sehingga warna beras jadi
lebih putih. Menurut Juliano (1994), nilai warna dan kilap nasi mempunyai korelasi
positif dengan kadar amilosa. Beras dengan kandungan amilosa yang tinggi
cenderung menyerap air lebih banyak bila ditanak dan mengembang lebih besar
sehingga warna nasi dari beras pulen lebih putih dibanding beras pera.
Selain
warna, bentuk dan ukuran antara beras pera dan pulen juga berbeda, dari hasil
pengamatan bentuk beras pera memiliki bentuk yang tidak bulat atau pendek, dan
banyak terdapat patahan, sedangkan beras pulen memiliki bentuk agak panjang
atau lonjong. Ukuran juga berbeda antara beras pera dengan pulen. Perbedaan ini
dikarenakan perbedaan varietas padi dari masing-masing beras.
Berat
dan densitas kamba dari beras pera dan pulen berbeda. Untuk berat, beras pulen
memiliki nilai lebih besar dibanding pera kemungkinan karena kadar air dari
beras berbeda. Sedangkan nilai densitas kamba terbesar dimiliki oleh beras pera
karena bentuk beras pera yang lebih kecil dari pera, pendek dan terdapat banyak
patahan sehingga tingkat kepadatannya lebih besar. Jadi bentuk dan luas
permukaan beras mempengaruhi tingkat kepadatan.
Faktor
yang mempengaruhi berat nasi, salah satunya adalah daya serap air. Jika daya
serap air tinggi maka apabila dimasak hasil nasi lebih berat dibanding daya
serap airnya yang rendah. Sehingga pada beras pera membutuhkan air lebih banyak
dibanding beras pulen karena daya serap airnya yang rendah. Kemudian pada rasio
pengembangan pada beras pulen dan pera berbeda karena dipengaruhi dari bentuk,
struktur fisik beras.
8. Saran
Beberapa
patokan berikut ini dapat digunakan dalam memilih beras yang baik, sebagai
berikut (Moehyi, 1992):
1. Beras berwarna keputih-putihan dan sedikit
mengkilat. Jangan dipilih beras yang warnanya
agak keabu-abuan karena warna ini merupakan tanda bahwa beras disimpan ditempat yang lembab atau pernah
basah. Warna beras yang agak kehijauan merupakan tanda bahwa beras itu berasal dari padi yang belum masak benar
waktu digiling.
2. Butiran-butiran biji beras tampak
utuh atau tidak banyak yang patah.
3. Beras tidak mengeluarkan bau yang
tidak wajar, seperti bau apek dan bau karung.
4. Beras tampak bersih dari kotoran
seperti debu, ulat atau kutu beras, dan pasir.
Daftar Pustaka
·
Adiratma, R.E. 2004 Stop Tanaman Padi.
PT. Penebar Swadaya : Jakarta.
·
Anonim.
[http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-14804-2508201005-Chapter1.pdf]
(diakses pada tanggal
14 Maret 2015)
·
Astawan, 2004. Tetap Sehat Dengan Produk
Makanan Olahan. Surakarta: Tiga Serangkai.
·
Haryadi, 2006. Teknologi Pengolahan
Beras. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
·
x. Beras. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/22456/Chapter%20II.pdf?sequence=4
(diakses pada tanggal 15 Maret 2015)
Lampiran
Gambar 1 beras pera dibelah
melintang, membusur dan beras pulen dibelah melintang
gambar 2 beras pulen dibelah
membujur
Gambar 3 bentuk butir beras pulen
Gambar 4 bentuk butir
beras pera
Ashilah Salim
|
Alat bahan
|
Dewi arfika
|
Tujuan, Landasan teori
|
Dwi febriyani
|
Landasan teori
|
Inten deppy
salera
|
Alur kerja
|
Luneta Aurelia
fatma
|
Data
pengamatan
|
Muhammad rofit
amrizal
|
pembahasan
|
Nisrina
khairani
|
Pembahasan,
kesimpulan, editing
|
Triana Ayu
Wulandari
|
Landasan teori
|
0 komentar:
Posting Komentar