LAPORAN
PRAKTIKUM REKAYASA DAN PROSES PANGAN
NATA DE BANANA
Disusun
Oleh:
Kelompok
1
Ashilah
Salim 2014349119
Dewi
Arfika Yuliyati 2014349118
Dwi
Febriyani 2013340019
Inten
Deppy Salera 2013340009
Luneta
Aurelia Fatma 2013340014
Muhammad Rofit Amrizal 2013340096
Nisrina
Khairani 2013340048
Triana
Ayu Wulandari 2013340052
Jurusan
Teknologi Pangan
Fakultas
Teknologi Industri Pertanian
Universitas
Sahid Jakarta
2015
Pembuatan Nata de Banana
( 05 Mei 2015 )
A.
Latar Belakang
Pemanfaatan buah pisang umumnya
terbatas pada daging buahnya saja, sedangkan kulitnya dibuang dan menjadi
limbah organik atau dijadikan makanan ternak. Jumlah kulit pisang yang cukup
banyak akan memiliki nilai jual yang menguntungkan apabila bisa dimanfaatkan
sebagai bahan baku makanan.
Kulit pisang diketahui memiliki
kandungan unsur gizi cukup lengkap, seperti karbohidrat, lemak, protein,
kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C dan air. Unsur-unsur gizi
inilah yang dapat digunakan sebagai sumber energi dan antibodi bagi tubuh
manusia (Munadjim, 1983). Dengan demikian kulit pisang dapat dimanfaatkan
menjadi bahan makanan yang benilai gizi yaitu nata.
Nata merupakan produk makanan yang
berasal dari proses fermentasi. Syarat untuk membuat produk nata secara umum
yaitu bahan dasar harus mempunyai kandungan karbohidrat (glukosa) yang cukup
tinggi (Saragih, 2004:3). Tanpa adanya glukosa (karbohidrat) nata tidak dapat
terbentuk. Kulit pisang ditinjau dari kandungan unsur gizi ternyata mempunyai
kandungan karbohidrat yang cukup tinggi, yaitu 18,50 g dalam 100 g bahan (BPPI
Surabaya dalam M. Lies Suprapti, 2005) sehingga kulit pisang juga dapat
dijadikan sebagai bahan dasar dalam proses pembuatan produk nata.
Pembuatan nata merupakan salah satu
cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah limbah rumah tangga (air
kelapa, kulit pisang, kulit nanas, dll) dengan bantuan bakeri Acetobakter
xylinum. Pembuatan nata de banana dimulai dengan mendidihkan ekstrak kulit
pisang dengan ditambahkan cuka, gula dan bahan tambahan lainya, kemudian
disimpan dalam wadah untuk diinokulasi. Dalam penginokulasian harus pada suhu
kamar. Kemudian disimpan selama kurang lebih 10-15 hari atau sampai adanya
lembaran nata.
B.
Tujuan Praktikum
Adapun dari praktikum mikrobiologi pengolahan
pangan yang dilakukan kali ini ialah bertujuan :
1.
Memahami proses pembuatan
Nata de Banana
2.
Mendeskripsikan
langkah-langkah proses pembuatan nata de banana
3.
Memahami peranan organisme Acetobakter xylinum
4.
Memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi proses terjadinya pembuatan nata de banana
C.
Teori
Singkat
Kulit pisang mempunyai kandungan
karbohidrat yang cukup tinggi yaitu 18,50 g dalam 100 g kulit pisang ( BPPI
Surabaya, dalam M. Lies Suprapti, 2005:86) sehingga kulit pisang dapat menjadi
bahan dasar dalam pembuatan nata karena dalam pembuatan nata syarat utamanya
adalah bahan tersebut mempunyai kandungan glukosa (karbohirat). Tanpa adanya
glukosa proses fermentasi pembentukan materi atau lapisan nata tidak dapat
terbentuk (Munadjim,1983). Selama ini bahan dasar pembuatan nata adalah air
kelapa dengan demikian kulit pisang dapat dijadikan salah satu bahan dasar
alternatif yang dapat menggantikan air kelapa.
Beberapa pertimbangan mengapa kulit
pisang dimanfaatkan dalam pembuatan nata adalah :
a.
Kulit pisang layak untuk dikonsumsi, karena mempunyai
kandungan gizi yang lengkap dan tidak ada efek samping bagi tubuh apabila
mengkonsumsinya.
b.
Nata biasanya terbuat dari air kelapa sehingga
harganya lebih mahal dengan memanfaatkan kulit pisang sebagi bahan dasar nata
diharapkan harganya lebih murah sehingga dapat bersaing dipasaran.
c.
Kulit pisang mudah diperloleh dan jumlahnya cukup
banyak (Susanti, 2006).
Nata adalah serat yang berbentuk
seperti gel yang dibuat dengan memanfaatkan kerja bakteri Acetobacter xylinum.
Asam cuka dan pupuk urea (ZA) berfungsi untuk media hidup bagi bakteri Acetobacter
xylinum. Bakteri Acetobacter xylinum membutuhkan nitrogen dari pupuk urea dan keasaman dari cuka. Acetobacter
xylinum inilah yang nanti akan membentuk nata. Bakteri ini termasuk genus
Acetobacter yang memiliki sifat gram negatif, aerob dan berbentuk batang pendek
atau kokus.
Untuk membuat nata, dapat digunakan
bahan-bahan yang lain seperti air kelapa atau jus buah-buahan yang mengandung
gula. Dalam media cair tersebut bakteri akan tumbuh dan menghasilkan suatu
lapisan yang dikenal dengan “nata”.
Pembuatan nata de banana skin
dimulai dengan mendidihkan ekstrak kulit pisang dengan ditambahkan cuka, gula
dan bahan tambahan lainya, kemudian disimpan dalam wadah untuk diinokulasi.
Dalam penginokulasian harus pada suhu kamar. Kemudian disimpan selama kurang
lebih 10-15 hari atau sampai adanya lembaran nata.
Bibit nata adalah bakteri
Acotobacter xylinum yang akan dapat membentuk serat nata jika ditumbuhkan dalam
sari pada kulit pisang yang sudah diperkaya
dengan karbon dan nitrogen melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi
demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim yang dapat menyusun zat gula
menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada
air kelapa tersebut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang
akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai
nata.
Acetobacter Xylinum dapat tumbuh
pada pH 3,5 – 7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya 4,3, sedangkan suhu
ideal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum pada suhu 28°– 31°C. Bakteri
ini sangat memerlukan oksigen.
Fungsi pada pupuk urea (ZA) ialah
untuk meningkatkan nutrisi dalam media untuk pertumbuhan bakteri selama
fermentasi.
Asam asetat atau asam cuka digunakan
untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air perasan kulit pisang. Asam
asetat yang digunakan adalah asam cuka dapur dengan kadar 80%. Pada dasarnya
asam asetat yang baik adalah asam asetat glacial (99,8%). Akan tetapi, asam
asetat dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat
keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak.
Selain asan asetat, asam-asam organik dan anorganik lain bisa digunakan. pH
4,5-5,5 adalah kondisi yang produktif untuk bakteri stater berkembang biak
dengan baik.
D.
Alat dan Bahan
Alat
– alat
1. Baskom 6.
Panci
2. Wadah besar 7. Kompor
3. Blender 8.
Blender
4. Kain kassa 9. Timbangan biasa
5. Sendok 10. Garpu
Bahan
1. Kulit pisang
2. Urea 0,1 %
3. Acetobacter xylinum
4. Air bersih
5. Gula
6. Cuka
E.
Cara Kerja
1. Persiapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan
digunakan,
2. Kemudian ambil beberapa kulit pisang lalu cuci hingga
bersih
3. Kupas kulit pisang bagian putihnya saja
4. Setelah itu, tambahkan air 1;1 lalu diblender hingga
halus
5. Langkah berikut, saring hasil blender dengan kain
kassa, hingga diperoleh filtrat dari kulit pisang
6. Masak hingga suhu 80 0 C dengan waktu 15
menit
7. Tambahkan gula pasir, dan urea 10 %
8. Dinginkan sampai suhu 45-500 C
9. Tambahkan cuka hingga pH 4.5-5.5
7. Tambahkan starter Acetobacter xylinum 10%
8. Tuangkan di
wadah yang luas lalu tutup rapat dengan koran
9. Inkubasi
selama 14 hari.
F.
Data Hasil Pengamatan
Berat kulit
pisang : 285 – 121= 164 gram
Berat Air = 164
ml
Berat kulit
pisang + Air (Setelah di blender) = 376 – 126 = 250 gram
Berat gula = 250
x 10% = 25 gram
Berat urea = 250
x 10% = 0.25 gram
Berat Stater =
250 x 10% = 25 gram
pH sebelum
penambahan cuka = 5
pH sesudah
penambahan cuka = 4 (dengan penambahan cuka 30 tetes = 1.5ml)
G.
Pembahasan
Praktikum
mengenai pembuatan nata dari pisang
yang telah dilakukan oleh praktikan bertujuan memahami proses pembuatan nata de banana,
mendeskripsikan langkah-langkah proses pembuatan nata de banana, memahami peranan stater Actobacter Xlynium dalam
peragian, memahami faktor-faktor yang mempengaruhi proses terjadinya fermentasi
dalam pembuatan nata.
Penggunaan alat dan bahan pada praktikum
ini mempunyai tujuan dan fungsinya yang yang sama pada pembuatan nata pada umumnya.
Pertama,
pisahkan kulit pisang dengan buah pisang tujuannya adalah untuk mengambil kulit
pisangnya yang akan di pakai untuk proses pembuatan nata. Kemudian cuci kulit pisang
untuk membersihkan kotoran pada kulit pisang. Lalu ambil bagian yang berwarna
putih pada kulit pisang atau kulit bagian dalam pisang untuk menjaga kualitas
nata yang di hasilkan agar lebih baik dan mengandung kadar glukosa yang tinggi.
Di peroleh berat kulit pisang 164 gram. Selanjutnya
kulit pisang diblender dengan perbandingan 1: 1 untuk memudahkan praktikan
untuk mendapatkan kandungan karbohidrat yang tersimpan dalam kulit pisang.
Setelah di blender, kulit pisang di peras dan di saring untuk mendapatkan
filtrat dari kulit pisang. Praktikan mendapatkan filtrat dari kulit pisang 250
gram.
Kemudian air kulit pisang di panaskan sambil terus di aduk sampai suhu 80 0 C dengan waktu 15 menit. Lalu tambahkan gula pasir dan urea 10% dari berat filtrat kulis pisang yaitu 0.25 gram. Pemanasan air perasan kulit pisang bertujuan untuk mensterilkan bahan baku, yang akan difermentasi, sehingga bakteri stater mampu untuk bertumbuh di media air perasan kulit pisang. Sedangkan fungsi penambahan pupuk ZA ialah untuk meningkatkan nutrisi dalam media untuk pertumbuhan bakteri selama fermentasi.
Kemudian air kulit pisang di panaskan sambil terus di aduk sampai suhu 80 0 C dengan waktu 15 menit. Lalu tambahkan gula pasir dan urea 10% dari berat filtrat kulis pisang yaitu 0.25 gram. Pemanasan air perasan kulit pisang bertujuan untuk mensterilkan bahan baku, yang akan difermentasi, sehingga bakteri stater mampu untuk bertumbuh di media air perasan kulit pisang. Sedangkan fungsi penambahan pupuk ZA ialah untuk meningkatkan nutrisi dalam media untuk pertumbuhan bakteri selama fermentasi.
Kemudian dinginkan sampai suhu 45-500 C
di suhu ruang. Setelah itu tambahkan cuka atau asam asetat hingga pH 4.5-5.5.
Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan
keasaman air perasan kulit pisang. Dalam praktikum ini asam asetat yang
digunakan adalah cuka. Pada dasarnya asam asetat yang baik adalah asam asetat
glacial (99,8%). Akan tetapi, asam asetat dengan konsentrasi rendah dapat
digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5 –
5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asan asetat, asam-asam organik dan
anorganik lain bisa digunakan. pH 4,5-5,5 adalah kondisi yang produktif untuk
banteri stater berkembang biak dengan baik, sehingga kondisi ini perlu dijaga.
Di peroleh pH sebelumya 4, dan setelah di tambah cuka sekitar 1.5 ml (30 tetes)
menjadi pH 5.
Setelah
itu tambahkan stater Acetobacter Xylinum yang akan dapat membentuk serat nata jika ditumbuhkan dalam sari pada kulit pisang yang sudah diperkaya
dengan karbon dan nitrogen melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi
demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim yang dapat menyusun zat gula
menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada
air kelapa tersebut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang
akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai
nata. Kemudian Tuangkan di wadah yang luas lalu tutup rapat dengan
koran lalu
inkubasi selama 14 hari (2 minggu).
Dari hasil
pengamatan fermentasi yang dilakukan selama 2 minggu, nata yang kami peroleh
mengalami kegagalan sehingga tidak
dapat di organoleptik. Hal ini mungkin di sebabkan
karena kesalahan pada saat praktikum atau terkontaminasi oleh bakteri lain.
Sehingga nata yang di hasilkan di tumbuhi jamur dan merusak nata yang di buat.
.
H.
Kesimpulan
Nata adalah serat yang berbentuk
seperti gel yang dibuat dengan memanfaatkan kerja bakteri Acetobacter xylinum.
Asam cuka dan pupuk urea (ZA) berfungsi untuk media hidup bagi bakteri Acetobacter
xylinum. Bakteri Acetobacter xylinum membutuhkan nitrogen dari pupuk urea dan keasaman dari cuka. Acetobacter
xylinum inilah yang nanti akan membentuk nata. Bakteri ini termasuk genus
Acetobacter yang memiliki sifat gram negatif, aerob dan berbentuk batang pendek
atau kokus.
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan, nata dari kulit pisang masih memiliki peluang
pasar yang baik karena di pasaran masih jarang dijumpai nata yang berbahan
dasar kulit pisang. Pembuatan produk nata berbahan dasar kulit pisang ini tidak
memerlukan dana yang terlalu besar, karena bahan dasar yang digunakan mudah
untuk didapat dan harganya juga tidak terlalu mahal.
DAFTAR PUSTAKA
Djide, Natsir M, dkk.
2006. Analisis Mikrobiologi Farmasi. Makassar: Laboratorium Mikrobiologi
Farmasi FMIPA. Universitas Hasanuddin.
Sulistyomaty,
E, 2010, Petunjuk Praktikum Food Technology
(diakses pada Sabtu 23 Mei 2015)
http://samm171185.blogspot.com/2008/05/panduan-praktikum-pembuatan-nata-de_28.html. diakses pada Sabtu 23 Mei 2015
GLOSARIUM
Kulit pisang : Memiliki kandungan unsur gizi cukup
lengkap, seperti
karbohidrat, lemak, protein, kalsium,
fosfor, zat besi, vitaminB,
vitamin C dan air.
Nata : Merupakan serat yang berbentuk seperti gel
yang dibuat dengan
memanfaatkan kerja bakteri
Acetobacter xylinum
Acetobacter Xylinum : Bakteri yang berperan dalam pembuatan Nata
Acetobacter Xylinum : dapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5,
namun akan tumbuh optimal
bila pH nya 4,3
Pupuk urea (ZA) : untuk
meningkatkan nutrisi dalam media untuk pertumbuhan
bakteri
selama fermentasi.
Asam cuka : digunakan
untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman
air
perasan kulit pisang
Bibit
nata : adalah bakteri Acotobacter xylinum
yang akan dapat
membentuk
serat nata jika ditumbuhkan dalam air perasan kulit
pisang
yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen
melalui
proses yang terkontrol.
Starter : Merupakan peliharaan organisme yang
tak berbahaya pada
Medium
Renik/mikroorganisme: Mahluk hidup yang terdiri dari satu
atau beberapa kumpulan sel
dengan
ukuran beberapa mikron
LAMPIRAN
0 komentar:
Posting Komentar