Powered By Blogger

Minggu, 29 Januari 2017

PRAKTIKUM SANITASI DAN KEAMANAN PANGAN : Sanitasi Meja dan Lantai

Diposting oleh Luneta Aurelia Fatma di 18.31.00


LAPORAN PRAKTIKUM
SANITASI DAN KEAMANAN PANGAN
 Sanitasi Meja dan Lantai




                                                                              Kelompok 4

Ana Cholifatul Chusna              ( 2013340001 )
Dimas Cipto Ragil                     ( 2016349082 )
Husnun Hanifah                                    ( 2013340018 )
Luneta Aurelia Fatma                ( 2013340014 )
Niken Larasati                           ( 2013340033 )
Veronika Rengganis C.R           ( 2013340013)


JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS SAHID JAKARTA
2016
UJI SANITASI MEJA DAN LANTAI
A.          Pendahuluan
Sanitasi merupakan persyaratan  yang mutlak bagi industri pangan   sebab  sanitasiberpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap mutu pangan dan daya awet produkserta nama baik atau citra perusahaan (Betty dan Een, 2011). Selain itu, tindakan sanitasiini ditetapkan untuk mencegah terjadinya perpindahan penyakit pada makanan. Denganmenerapkan sanitasi yang tepat dan baik, maka keamanan dari pangan yang diproduksiakan dijamin aman untuk  dikonsumsi.
Tujuan dilakukannya sanitasi adalah agar setiap lingkungan dapat menjadi lingkungan yang kondusif dan terwujudnya keadaan sehat, bebas dari polusi udara, terbentuknya pemukiman yang bersih dan sehat, serta tersedianya air bersih. UU No. 25/2000 tentang program pembangunan nasional mengarahkan pentingnya pelayanan sanitasi sebagai bagian dari pembangunan bidang kesehatan baik diperkotaan maupun pedesaan.
Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi  udara. Udaratidak mengandung mikroflora secara alami,  akan tetapi  kontaminasi dari lingkungansekitar mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme, misalnya debu, air, proses aerasi dari penderita yang mengalami infeksi saluran pencernaan dan dari ruangan yang digunakan untuk fermentasi. Mikroorganisme yang terdapat dalam udarabiasanya melekat pada bahan padat, misalnya debu atau terdapat dalam droplet air (Volkdan Whleer, 1984). Selain itu, setiapaktivitas manusia juga dapat menimbulkan mikroba di udara. Jumlah dan macammikroorganisme dalam suatu volume udara akan bervariasi sesuai dengan lokasi,kondisi cuaca, dan jumlah orang yang ada di tempat tersebut.
Daerah yang berdebu hampir selalu mempunyai populasi mikroorganisme atmosfer yang tinggi. Mikroorganisme udara di dalam suatu ruangan dapat diujisecara kuantitatif menggunakan agar cawan yang dibiarkan terbuka selamabeberapa waktu tertentu di dalam ruangan tersebut atau dikenal dengan Metode Cawan Terbuka (Riani et al, 2010).
Pada ruangan, hal yang penting untuk diperhatikan adalah lantai, dinding, dan langit-langit. Lantai yang licin dan dikonstruksi dengan tepat, mudah dibersihkan. Sedangkanlantai yang kasar dan dapat menyerap, sulit untuk dibersihkan. Lantai yang terkenalimbah cairan misalnya dari alat pemasakan dan  tidak ditiriskan dengan baik dapatmenjadi tempat penyediaan makanan bagi bakteri dan serangga. Dinding dan langit-langityang kasar dapat membawa bakteri seperti Staphylococcus aureus. Lantai, dinding, dan langit-langit yang konstruksinya buruk, jauh lebih sulit untik dijaga sanitasinya. Akantetapi, struktur yang licin pun dapat menjadi sumber kontaminan yang tidak diinginkanbila tidakdibersihkan dan dipelihara secara teratur dan efektif.
Mengacu pada Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002tentang Persyaratan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri dimana angka  kuman adalah  kurang dari 700 koloni/m3 udara dan bebas dari kuman pathogen dengan suhu18 – 280C dan kelembaban 40 – 60.
Pada kegiatan praktikum kali ini digunakan beberapa jenis media biakan, yaitu media NA (Nutrient Agar ), dan PDA (Potato Dextrose Agar). Masing-masing media tersebut memiliki komposisi penyusun yang berbeda-beda. NA (Nutrient Agar ), media ini merupakan jenis media umum yang digunakan untuk menumbuhkan lebih dari 1 jenis mikroorganisme secara umum. Media ini tersusun atas bacto peptone, bacto agar, dan bacto beef extract. Media ini mengandung komposisi senyawa nutrisi yang kaya akan protein sehingga cenderung untuk ditumbuhi oleh bakteri. PDA (Potato Dextrose Agar), media ini merupakan jenis media umum yang digunakan untuk menumbuhkan lebih dari 1 jenis mikroorganisme secara umum. Media ini tersusun atas bacto dextrose, bacto agar, dan potato. Media ini mengandung komposisi senyawa nutrisi yang kayaakan karbohidrat dan gula sehingga lebih cenderung untuk ditumbuhi oleh kapang dan khamir.

B.     Bahan dan Metode
1.      Bahan dan Alat
a.      Bahan
Bahan-bahan yang digunakanpadapraktikuminiadalahsebagaiberikut :
1)      Media NA dan PDA
2)      Larutan NaCl
3)      Alkohol
4)      Kapas Steril
b.      Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1)      Cawan Petri Steril
2)      Tabung reaksi Steril
3)      Erlenmeyer
4)      Finn pipette
5)      Inkubator
2.      Metode Sanitasi Mejan dan Lantai
a.       Disiapkan kapas steril
b.      Swab permukaan meja atau lantai dengan luas permukaan 10 x 10 cm
c.       Dimasukkan kapas tersebut ke dalam plastik steril
d.      Peras air dari kapas yang telah di swab
e.       Diambil 1 mL larutan, masukkan ke dalam 9 mL larutan pengencer NaCl, homogenkan :
·         masukkan 1 mL larutan dari pengenceran ke 1 ke dalam cawan petri steril, lalu tuang media NA dan PDA pada masing-masing cawan petri
·         masukkan 1 mL larutan ke dalam 9 mL larutan pengencer NaCl (larutan pengencer 2), homogenkan. Masukkan 1 mL larutan dari pengenceran ke 2 ke dalam cawan petri steril, tuang media NA dan PDA pada masing-masing cawan petri
f.       Inkubasi semua cawan pada suhu 30oC selama 48 jam
C.    Hasil
Hasil pengujian sanitasi lantai dengan media NA 10-1 = TBUD
Hasil pengujian sanitasi lantai dengan media NA 10-2 = TBUD
Hasil pengujian sanitasi lantai dengan media PDA 10-1 = 75koloni
Hasil pengujian sanitasi lantai dengan media PDA 10-2 = TBUD
D.    Pembahasan
Media yang digunakan untuk menguji kebersihan alat adalah Nutrient Agar (NA) dan Potato Dextrose Agar (PDA) . Adapun hasil yang telah didapat adalah bahwa tumbuh koloni mikroba pada permukaan cawan, berbentuk bulat-bulat kecil atau bisa juga dikatakan berbentuk titik-titik. Koloni tersebut berwarna putih kekuningan. Jumlah koloni yang tumbuh tidak dapat dihitung karena jumlahnya terlalu banyak untuk dihitung, sedangkan jenis mikroba yang tumbuh kami tidak ketahui karena tidak ada pengamatan yang dilakukan. Walaupun sudah melakukan prosedur pengerjaan dengan sesuai, tetapi alat yang digunakan bisa saja masih terkontaminasi oleh bakteri sehingga menyebabkan pertumbuhan koloni.
Sebagaimana kita ketahui, media NA merupakan media pertumbuhan yang baik untuk berbagai macam mikroba, sedangkan media PDA merupakan media pertumbuhan yang baik untuk fungi atau jamur. Kontaminasi ini terjadi melalui udara atau karena sentuhan tangan manusia. Medium NA mengandung nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri, sedangkan medium PDA mengandung nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur. Menurut Pelczar (2008: 138), menyatakan bahwa sifat-sifat media yang digunakan untuk faktor pertumbuhan yaitu harus mudah tumbuh, media harus dibuat, pertumbuhan bakteri harus khas dan mempunyai sifat-sifat yang diinginkan. Jika sifat ini dipenuhi, maka pertumbuhan bakteri akan bagus.
Pada proses pembuatan media, baik medium NA maupun media PDA menggunakan magnetik stirrer untuk menghomogenkan agar dengan aquades selama pemasakan agar. Menurut Hadiotomo (1993: 53), magnetik stirrer berfungsi sebagai alat penghomogenan atau pemercepat pelarutan, dan juga mengaduk medium selama sedang dipanaskan agar tidak terjadi penggumpalan pada saat dipanaskan. Selain itu, hot plate digunakan untuk memanaskan medium hingga masak dan mempercepat reaksi yang terjadi pada medium hingga mendidih. Autoklaf berfungsi untuk mensterilkan bahan-bahan dan alat-alat yang tahan terhadap panas dan tekanan yang tinggi. Pada waktu tertentu, jarum ose digunakan untuk memindahkan biakan dari satu medium ke medium yang lainnya.
Dalam pertumbuhan mikroorganisme tergantung dari nutrien media yang dibuat. Kebanyakan mikroorganisme membutuhkan air. Menurut Anonimb (2011: 1), bahan-bahan yang terlarut di dalam air yang digunakan mikroorganisme untuk membentuk badan sel dan memperoleh energi yang berasal dari bahan makanan. Perbedaan antara medium NA dan medium PDA yaitu terdapat pada nutrien penyusunnya. Pada medium NA, nutrien utama penyusunnya yakni adalah sepotong kaldu sedangkan medium PDA nutrien utama penyusunnya terdapat pada kentang. Karena itu nutrient ini dinamakan Potato Dextrose Agar.
Pada medium yang telah disterilkan, tidak terdapat mikroba dan tidak terjadi perubahan fisik seperti perubahan warna, tidak berbau, tidak terlihat permukaan medium yang tidak ditumbuhi oleh koloni mikroba. Hal ini menunjukkan bahwa medium yang telah disterilisasi tidak terjadi kontaminasi mikroba, sedangkan pada medium yang tidak disterilisasi terlebih dahulu ditumbuhi oleh mikroorganisme dan terjadi perubahan fisik pada medium tersebut. Terjadinya perubahan fisik menunjukkan bahwa medium terkontaminan atau terdapat mikroorganisme. Menurut Dwidjoseputro (1998: 59), terjadinya perubahan fisik pada medium ini disebabkan oleh mikroba yang terdapat pada medium. Hal ini menunjukkan bahwa medium telah terkontaminasi.
Keragaman yang luas dalam hal tipe nutrisi dianatar mikroorganisme diimbangi oleh tersedianya berbagai media yang banyak macamnya untuk kultivasinya. Menurut Anonimb (2011: 1), macam media yang tersedia dapat dikelompokkan dengan berbagai cara. Selain menyediakan nutrien yang sesuai untuk kultivasi mikroorganisme, juga perlu disediakan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan optimum. Mikroorganisme tidak hanya amat bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respons yang berbeda-beda terhadap kondisi fisik di dalam lingkungannya. Untuk keberjasilan kultivasi berbagai tipe bakteri, dibutuhkan satu kombinasi nutrien serta lingkungan fisik yang sesuai.
Bakteri tidak dapat hidup tanpa adanya media yang mengandung nutrisi-nutrisi untuk pertumbuhannya. Menurut Pelczar (2008: 139), media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekulmolekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya.
Pada dasarnya media pertumbuhan dapat dikelompokan menjadi 5 kelompok besar yaitu medium cair, medium kental, medium yang diperkaya, medium kering dan media sinergik. Medium cair yang sering digunakan diantaranya peptone. Peptone ialah protein yang terdapat pada daging, air susu, kedelai, putih telur. Medium kental biasa terdapat unsur agar-agar yang berfungsi untuk memperkental tidak untuk merbuah kandungan nutrisi media tersebut. Menurut Waluyo (2010: 134), berdasarkan bentuk fisiknya, media pertumbuhan dapat dikelompokkan menjadi media padat, setengah padat dan cair. Media padat adalah media yang mengandung 15% agar sehingga mudah mengeras. Media setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi solid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB (Nutrient Broth), LB (Lactose Broth).
berdasarkan tujuan pembuatannya, media dapat dikelompokkan menjadi 6 kelompok. Menurut Pelczar (2008: 139), media pertama adalah media yang digunakan untuk isolasi. Media ini mengandung semua senyawa esensial untuk pertumbuhan mikroba, misalnya Nutrient Broth, Blood Agar. Media selektif/penghambat merupakan media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Media yang diperkaya, media untuk peremajaan kultur, media untuk mementukan kebutan nutrien tertemtu, media untuk karakteristikasi bakteri dan media diferensial adalah beberapa bentuk media berdasarkan fungsi tujuannya.
Pemilihan media yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba. Kesesuaian suhu, pH, kecukupan nutrien pada media merupakan beberapa syarat untuk mikroba tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Menurut  Stanier (2011: 221), pada pembuatan media untuk berbagai macam organisme harus menggunakan bahan yang mengandung banyak protein dangan berbagai konsentrasinya sehingga dapat menumbuhkan bakteri. Salah satu bahan yang sering dipergunakan adalah tauge. Tauge berfungsi sebagai sumber protein, sukrosa berfungsi sebagai sumber karbohidrat sehinga cocok dijadikan untuk media pertumbuhan mikroba.
E.     Kesimpulan
Hasil pengujian sanitasi lantai jumlah bakteri yang tumbuh pada media NA 10-1 dan 10-2  adalah TBUD sedangkan jumlah kapang dan khamir pada pengujian sanitasi lantai yang ditumbuhkan dengan media PDA 10-1 adalah 75 koloni sedangkan pada pengenceran 10-2 adalah TBUD. Semakin besar pengenceran seharusnya jumlah mikroba yang tubuh semakin kecil tetapi pada hasil praktikum pada pengenceran yang lebih besar jumlah mikroba yang tumbuh lebih banyak hal ini disebabkan adanya kontaminasi dari luar saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Betty dan Een. 2011. Sanitasi Dan Keamanan Pangan. Jurusan Teknologi Industri Pangan,Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran. Jatinangor.
Volk, Wesley, A., Margaret F. Whleer, 1998, MikrobiologiDasar, Erlangga, Jakarta.
Dwidjoseputro. 1994. Mikrobiologi. Erlangga. Jakarta. xx + 315 hlm.
Hadioetomo. 1991. MikrobiologiDasar. RinekaCipta. Bandung. ix + 224 hlm.
Pelczar, M & Chan. 2008. Dasar-dasarMikrobiologi.  Universitas Indonesia. Jakarta. viii + 433 hlm.
Soni, Ahmad. 2010. NutrisiMikroorganismedalam Media. http://AhmadSoni.web.id. Diaksespadatanggal 3 Oktober 2011.
Stanier, Y. R. Dkk. 2001. The Microbial World.Prenticel Hall.Inc. EigleWood. New Jersey.
Waluyo, Lud. 2007. MikrobiologiUmum. Erlangga. Jakarta. xx + 349 hlm.



UJI SANITASI PENJAMAH MAKANAN
A.    Pendahuluan
Ehlers dan Steele (1958) mendefinisikan sanitasi sebagai pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai perpindahan penyakit tersebut. Secara luas ilmu sanitasi adalah penerapan dari prinsip-prinsip tersebut yang akan membantu dalam memperbaiki, mempertahankan atau mengembalikan kesehatan yang baik pada manusia. Untuk mempraktekkan ilmu ini, maka seseorang harus mengubah segala sesuatu dalam lingkungan yang dapat secara langsung atau tidak langsung membahayakan terhadap kehidupan manusia. Dalam arti luas, juga mencakup kesehatan masyarakat (taman, gedung-gedung umum, sekolah , restoran dan lingkungan lainnya). Sanitasi akan membantu melestarikan hubungan ekologik yang seimbang.
Sanitasi pangan merupakan hal terpenting dari semua ilmu sanitasi karena sedemikian banyak lingkungan kita yang baik secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan suplai makanan manusia. Hal ini sudah disadari sejak awal sejarah kehidupan manusia dimana usaha-usaha pengawetan makanan telah dilakukan seperti penggaraman, pengasinan, dan lain-lain.
Dalam industri pangan, sanitasi meliputi kegiatan-kegiatan secara aseptik dalam persiapan, pengolahan dan pengkemasan produk makanan; pembersihan dan sanitasi pabrik serta ingkungan pabrik dan kesehatan pekerja. Kegiatan yang berhubungan denganproduk makanan meliputi pengawasan mutu bahan mentah, penyimpanan bahan mentah, perlengkapan suplai air yang baik, pencegahan kontaminasi makanan pada semua tahaptahap selama pengolahan dari peralatan personalia, dan terhadap hama, serta pengkemasan dan penggudangan produk akhir.
Menurut FAO (2001) tenaga penjamah makanan (pekerja) adalah setiap orang yang secara langsung menangani makanan baik yang dikemas maupun tidak, menangani peralatan makanan atau yang melakukan kontak langsung dengan permukaan makanan. Sedangkan pengertian sanitasi menurut UU No. 7 tahun 1996 merupakanupaya pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh dan berkembangbiaknya jasad renik pembusuk dan patogen dalam makanan,minuman, peralatan dan bangunan yang dapat merusak pangan dan membahayakan manusia. Sanitasi juga dapat di jabarkan sebagai cara untuk pencegahan pencemaran terhadap makanan selama kegiatan penanganan, pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Sanitasi dilakukan dengan tujuan melindungi kesehatan masyarakat melalui pengurangan atau penghilangan cemaran dalam bahan makanan (Hariadi dan Dewanti, 2009).
Sanitasi dan higiene pekerja perlu diperhatikan. Hal ini disebabkan karena pekerja merupakan sumber potensial dalam perpindahan cemaran. Jadi program sanitasi dan higiene pekerja adalah hal yang mutlak.Sanitasi pekerja meliputi kesehatan pekerja, kebersihan tubuh pekerja sampai kebersihan semua perlengkapan yang digunakan oleh pekerja (Hariadi danDewanti, 2009). Sanitasi pekerja juga ditetapkan oleh UU no 7, Tahun 1996 yang menyatakan bahwa orang perseorangan yang menangani secara langsung dan atau secara langsung berada dilingkungan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan dan atau peredaran pangan wajib memenuhi persyaratan sanitasi.
Syarat utama pekerja dalam pengolahan makanan adalah memiliki kesehatan yang baik. Untuk itu disarankan pekerja melakukan tes kesehatan, terutama tes darah dan pemotretan rontgen pada dada untuk melihat kesehatan paru-paru dan saluran pernapasannya. Tes kesehatan tersebut sebaiknya diulang setiap 6 bulan sekali, terutama bagi pengolah makanan di dapur.
Tenaga kerja yang dipekerjakan pada pengolahan pangan harus berbadan sehat, tidak mengidap penyakit menular seperti tifus, kolera dan tuberkulosa. Setiap karyawan harus memiliki buku pemeriksaan kesehatan.Terdapat kelompok penderita penyakit yang tidak boleh dilibatkan dalam penanganan makanan, yaitu penderita penyakit infeksi saluran pernapasan, pencernaan dan penyakit kulit. Ketiga jenis penyakit ini dapat dipindahkan kepada orang lain melalui makanan yang diolah atau disajikan penderita.
Rongga hidung manusia khususnya yang menderita sinusitis mengandung banyak Staphylococcus. Demikian halnya dengan bisul dan luka bernanah merupakan sumber yang potensial (Winarno, 1997). Untuk itu pekerja yang memiliki luka pada tubuhnya harus menutup luka tersebut dengan pelindung yang kedap air, misalnya plester, sarung tangan plastik atau karet, untuk menjamin tidak berpindahnya mikrobia yang terdapat pada luka ke dalam makanan.
Pekerja harus mengikuti prosedur sanitasi yang memadai untuk mencegah kontaminasi pada makanan yang ditanganinya. Prosedur yang penting bagi pekerja pengolah makanan adalah pencucian tangan, kebersihan dan kesehatan diri. Pencucian tangan meskipun tampaknya merupakan kegiatan ringan yang sering disepelekan, terbukti cukup efektif dalam upaya mencegah kontaminasi pada makanan.
Pekerja yang bekerja di bagian pengolahan dan pemasakan makanan harus mengenakan pakaian kerja dan tutup kepala yang bersih. Berikut hal yang mengharuskan pekerja memakai pakaian bersih:
1.      Pakaian kerja yang bersih akan menjamin sanitasi dan higiene pengolahan makanan karena tidak terdapat debu atau kotoran yang melekat pada pakaian yang secara tidak langsung dapat menyebabkan pencemaran makanan.
2.      Pakaian yang bersih akan lebih menyadarkan para pekerja akan pentingnya menjaga higiene dan sanitasi dalam pengolahan makanan.
3.      Jika pekerja mengenakan pakaian yang bersih, maka pelanggan akan yakin bahwa makanan yang mereka pesan adalah aman.
Pekerja harus mandi tiap hari. Penggunaan make-up dan deodoran yang berlebihan harus dihindari. Kuku pekerja harus bersih, dipotong pendek dan sebaiknya tidak dicat. Perhiasan dan aksesoris lainnya sebaiknya dilepas. Celemek yang digunakan pekerja harus bersih dan tidak boleh dijadikan lap tangan. Pekerja harus memakai sepatu yang memadai dan dalam keadaan bersih. Rambut pekerja harus dicuci secara periodik. Pekerja yang berambut panjang harus mengikat rambutnya dan disarankan menggunakan topi atau jala rambut (hairnet). Pekerja yang memiliki kumis dan jenggot selalu menjaga kebersihan dan kerapiannya. Akan lebih baik jika kumis atau jenggot tersebut dicukur bersih (Purnawijayanti, 2001).
Sanitasi dan higiene pekerja juga perlu diperhatikan. Hal ini disebabkan karena pekerja merupakan sumber potensial dalam perpindahan cemaran. Jadi program sanitasi dan higiene pekerja adalah hal yang mutlak. Sanitasi pekerja meliputi kesehatan pekerja, kebersihan tubuh pekerja sampai ke kebersihan semua perlengkapan yang digunakan oleh pekerja (Hariadi dan Dewanti, 2009).
Higiene pekerja yang menangani makanan sangat penting peranannya dalam mencegah perpindahan penyakit ke dalam bahan makanan. Persyaratan bagi pekerja yang penting adalah : (1) Kesehatan yang baik; untuk mengurangi kemungkinan pekerja menjadi tempat penyimpanan bakteri patogen, (2) Kebersihan; untuk mengurangi kemungkinan penyebaran bakteri oleh pekerja, (3) Kemauan untuk mengerti tentang sanitasi; merupakan persyaratan agar program sanitasi berjalan dengan efektif (Jenie, 1989).
Uji sanitasi pekerja dapat dilakukan dengan uji kebersihan tangan dan uji kontaminasi rambut. Uji kebersihan tangan akan dilakukan terhadap tangan sebelum dicuci, tangan setelah dicuci dengan air, tangan setelah dicuci dengan air sabun dan dibilas serta tangan dicuci dengan sabun antiseptik dan dibilas. Sedangkan uji kontaminasi rambut akan dilakukan terhadap rambut yang baru dicuci dan rambut yang dicuci sehari sebelumnnya (Anonim, 2008).
Mikroorganisme yang sering terdapat pada kulit misalnya bakteri pembentuk spora dan stapilokoki, sedangkan pada rambut sering terdapat kapang. Suatu penelitian menunjukkan bahwa manusia dapat mengeluarkan 10 sampai 100 mikroorganisme hidup setiap menit, dimana jumlah dan jenisnya tergantung lingkungan disekitarnya. Suatu survei menunjukkan bahwa 43 sampai 97 persen pegawai yang bekerja pada berbagai industri pengolahan pangan merupakan pembawa stapilokoki, koliform fekal dan enterokoki pada tangannya (Fardiaz, 1989).
Sabun biasanya tidak banyak khasiatnya sebagai obat untuk membunuh bakteri tetapi kalau dicampur dengan heksa kloroform daya bunuhnya menjadi besar sekali. Obat pencuci yang mengandung deterjen banyak digunakan sebagai pengganti sabun. Deterjen bukan saja merupakan suatu bakteriostatik melainkan juga merupakan suatu bakterisida, dimana pertumbuhan bakteri gram positif sangat peka sekali terhadap zat tersebut (Dwidjoseputro, 1988).
B.     Bahan dan Metode
1.      Bahan dan Alat
Bahan :
Alat :
-          Media NA (Nutrient Agar)
-          Kapas Steril
-          Media PDA (Potato Dextrose Agar)
-          Cawan Petri
-          Larutan pengencer
-          Pipet

-          Finntip
2.      Metode
a.       Pengenceran 1 x 101
1)      Tangan pekerja cuci tangan menggunakan sabun anti septic
2)      Swab tangan pekerja menggunakan kapas steril
3)      Masukkan kedalam plastic steril
4)      Peras air hasil swab
5)      Ambil 1 ml kemudian tambahkan larutan pengencer lalu homogenkan
6)      ambil 1 ml sampel untuk masing-masing media ( NA & PDA )
7)      Inkubasi dalam suhu 300C selama 48 jam

b.      Pengenceran 1 x 102
1)      Tangan pekerja cuci tangan menggunakan sabun anti septic
2)      Swab tangan pekerja menggunakan kapas steril
3)      Masukkan kedalam plastic steril
4)      Peras air hasil swab
5)      Ambil 1 ml kemudian tambahkan larutan pengencer lalu homogenkan
6)      Ambil 1 ml kemudian ditambahkan ke pengennceran 1x102 lalu homogenkan
7)      ambil 1 ml sampel untuk masing-masing media ( NA & PDA )
8)      Inkubasi dalam suhu 300C selama 48 jam



C.    Hasil Pengamatan
1.      Data Pengamatan
Berikut hasil praktikum sanitasi penjamah makanan yang dilakukan pada penjamah makanan sesudah mencuci tangan dengan sabun antiseptic:
a.       Nama pekerja           : Niken Larasati
b.      Jenis Pekerjaan         : Analis
c.       Jenis Kelamin           : Perempuan
d.      Tanggal Uji              :15 Oktober 2016
e.       Jam Uji                     : 14.10
f.       Keterangan              : Tangan dicuci menggunakan sabun antiseptik
Sanitasi
Media
Hasil
Pengenceran
10-1
 10-2
Sanitasi tangan
NA
60
16
PDA
76
15


2.      Perhitungan
Rumus perhitungan unit koloni/ cm2 :
Unit koloni            =          Jumlah koloni    x 10n x                       1
per cm2                                        per cawan                                Luas cawan ( cm2 )

a.       Media NA
Unit koloni      = 60  x 10-1 x     1        = 0.272 à 27.2 x 10-2 koloni / cm2
per cm2                                                22.07

Unit koloni      = 16  x 10-2 x     1        = 0.00725 à 0.73 x 10-2 koloni / cm2
per cm2                                                22.07

b.      Media PDA
Unit koloni      = 76  x 10-1 x     1        = 0.344 à 34.4 x 10-2 koloni / cm2
per cm2                                                22.07

Unit koloni      = 15  x 10-2 x     1        = 0.0068 à 0.68 x 10-2 koloni / cm2
per cm2                                                22.07

D.    Pembahasan
Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk melanjutkan kehidupan. Makanan yang dibutuhkan harus sehat dalam arti memiliki nilai gizi yang optimal seperti : vitamin, mineral, hidrat arang, lemak dan lainnya. Makanan harus murni dan utuh dalam arti tidak mengandung bahan pencemar serta harus hygiene. Bila salah satu fakto tersebut terganggu makanan yang dihasilkan akan menimbulkan gangguan kesehatan dan penyakit bahkan keracunan makanan ( Djarismawati dkk, 2004 )
Masalah sanitasi makanan sangat penting, terutama ditempat-tempat umum yang erat kaitannya dengan pelayanan untuk orang banyak serta perusahaan yang mengolah makanan dan minuman. Untuk mendapatkan makanan yang bermanfaat dan tidak membahayakan bagi yang memakannya perlu adanya suatu usaha penyehatan makanan dan minuman yaitu upaya pengendalian faktor yang memungkinkan terjadinya kontaminasi yang akan memengaruhi pertumbuhan mikroba pada makanan dan minuman yang berasal dari proses pengolahan maupun dari penjamah makanan agar tidak menjadi mata rantai penularan penyakit dan gangguan kesehatan.
Perilaku penjamah makanan berperan dalam menentukan kualitas produk pangan yang dihasilkan. Perilaku yang beresiko dapat mengganggu kesehatan karena berdampak pada hygienitas makanan yang dihasilkan atau disajikan. Sebaliknya, perilaku yang sehat dapat menghindarkan makanan dari kotaminasi atau pencemaran dan keracunan.
Dalam praktikum ini, pengujian sanitasi pada tangan penjamah makanan dengan perlakuan tangan dicuci menggunakan sabun antiseptic terlebih dahulu kemudian sample ditumbuhkan pada 2 media yang berbeda yaitu media Potato Dextrose Agar ( PDA ) yang  digunakan untuk mengembangbiakkan dan menumbuhkan kapang  dan khamir dan media Nutrient Agar ( NA ) adalah media yang dapat digunakan untuk mengkultivasi berbagai jenis bakteri. Metode yang digunakan adalah Metode pour plate (cawan tuang) yaitu suatu teknik untuk menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar yang masih cair dengan stok kultur bakteri (agar) sehingga sel-sel tersebut tersebar merata dan diam baik di permukaan agar atau di dalam agar (Harley and Presscot,2002)
Dari hasil pengamatan pada Uji Sanitasi Pekerja yang ditumbuhkan pada medium NA pengenceran 10-1 jumlah unit koloni per cm2 diperoleh hasil sebesar 27.2 x 10-2 koloni / cm2 sedangkan pada pengenceran 10-2 diperoleh hasil sebesar 0.73 x 10-2 koloni / cm2. Sedangkan hasil yang diperoleh untuk jumlah kapang dan khamir yang ditumbuhkan pada medium PDA pengenceran 10-1 jumlah unit koloni per cm2 diperoleh hasil sebesar 34.4 x 10-2 koloni / cm2 sedangkan pada pengenceran 10-2 diperoleh hasil sebesar 0.68 x 10-2 koloni / cm2. Secara teori, semakin besar pengenceran maka hasil semakin kecil sehingga jumlah mikroba yang tumbuh semakin mudah untuk dihitung hal ini terbukti dari hasil praktikum yang didapatkan. Dari hasil tersebut dapat kita ketahui banyaknya bakteri, kapang dan khamir yang tumbuh pada penjamah makanan yang sudah mencuci tangan menggunakan sabun antiseptic sehingga kita punya gambaran apabila penjamah makanan tidak menerapkan hygiene dan sanitasi dengan baik maka jumlah mikroba yang tumbuh akan semakin banyak pada penjamah makanan yang tidak menerapkan hygiene dan sanitasi.
Hygiene pekerja yang menangani makanan sangat penting peranannya dalam mencegah perpindahan penyakit kedalam bahan makanan. Persyaratan bagi pekerja yang penting adalah : (1) Kesehatan yang baik; untuk mengurangi kemungkinan pekerja menjadi tempat penyimpanan mikroba patogen, (2) Kebersihan; untuk mengurangi kemungkinan penyebaran mikroba oleh pekerja, (3) Kemauan untuk mengerti tentang sanitasi; merupakanpersyaratan agar program sanitasi berjalan dengan efektif (Jenie, 1989).
Bakteri yang biasa terdapat pada tangan salah satunya adalah bakteri Staphylococcus. Bakteri Staphylococcus kebanyakan adalah mikroflora yang normal hidup pada manusia. Kebanyakan bakteri ini tidak berbahaya dan tinggal di atas kulit dan selaput lendir manusia dan organisme lainnya. Namun, sebagian bakteri merupakan bakteri patogen pada manusia yang menyebabkan bermacam-macam penyakit atau gangguan dalam tubuh seperti radang bernanah, sampai sepsis yang bisa berakibat fatal. Salah satunya bakteri ini menyebabkan hemolisis yaitu pemecahan sel-sel darah, menggumpalkan plasma, dan menghasilkan berbagai macam enzim-enzim yang dapat merusak sistem imun manusia dan kandungan toksin pada bakteri tersebut yang bersifat destruktif terhadap jaringan tubuh. Bakteri Staphylococcus memiliki 31 spesies dan dapat ditemui di seluruh dunia (Irianto, 2006).
Bakteri Streptococcus pyogenes juag merupakan salah satu jenis dari bakteri Streptococci sebagai penyebab banyak penyakit penting pada manusia yang berkisar dari infeksi kulit permukaan yang ringan hingga penyakit sistemik yang mengancam hidup. Infeksi khasnya bermula di tenggorokan atau kulit. Infeksi ringan Streptococcus pyogenes termasuk faringitis atau radang kerongkongan dan infeksi kulit seperti impetigo, erisipelas dan selulitis berupa perbiakan dan penyebaran dari kuman tersebut di lapisan dalam kulit. Serangan dan perbiakan tersebut dapat menimbulkan fasitis nekrosis, keadaan yang besar kemungkinan mengancam hidup yang memerlukan penanganan bedah. Infeksi lainnya bisa dikaitkan dengan pelepasan toksin bakteri (Pelczar, 1986).
Bakteri Shigella merupakan bakteri pencemar pada air minum dan makanan oleh tinja yang mengandung bakteri Shigella dapat menyebabkan endemik dari disentri atau shigellosis yang merupakan radang akut pada saluran pencernaan. Tinja manusia merupakan sumber utama dalam penularan penyakit ini karena bakteri ini dapat menginfeksi saluran pencernaan yang menyebabkan gejala mulai dari diare, nyeri perut, muntah dan mual, sampai dengan komplikasi yang lebih serius.
E.     Kesimpulan
Jumlah unit koloni per cm2 pada Uji Sanitasi Penjamah Makanan yang ditumbuhkan pada medium NA pengenceran 10-1 jumlah unit koloni per cm2 diperoleh hasil sebesar 27.2 x 10-2 koloni / cm2 sedangkan pada pengenceran 10-2 diperoleh hasil sebesar 0.73 x 10-2 koloni / cm2. Sedangkan hasil yang diperoleh untuk jumlah kapang dan khamir yang ditumbuhkan pada medium PDA pengenceran 10-1 jumlah unit koloni per cm2 diperoleh hasil sebesar 34.4 x 10-2 koloni / cm2 sedangkan pada pengenceran 10-2 diperoleh hasil sebesar 0.68 x 10-2 koloni / cm2. Dari hasil tersebut dapat kita ketahui bahwa penjamah makanan yang sudah menerapkan hygiene dan sanitasi, masih ada mikroba yang tumbuh sehingga pengetahuan dan penerapan Hygiene dan Sanitasi pada penjamah makanan perlu diperhatikan dengan serius sehingga tidak menjadi mata rantai penularan penyakit dan gangguan kesehatan.
F.     Daftar Pustaka
Anonim, 2008. Petunjuk Praktikum Sanitasi Industri Pangan dan Keamanan Pangan. Jurusan THP FTP UNEJ. Jember
Dwidjoseputro, 1989. Dsar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. UNBRA. Malang.
Fardiaz, S. dan Jenie B. S. L., 1989. Uji Sanitasi Dalam Industri Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB. Bogor.
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikrobiologi Jilid I . CV Yrama Widya. Bandung.
Giyatmi dan Allen D. 2012. Modul Praktikum Sanitasi dan Keamanan Pangan. Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Sahid : Jakarta
Jenie, B. S.L., 1989. Sanitasi Dalam Industri Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB. Bogor.
Hariadi, P dan Dewayanti R.H, 2009. Memproduksi Pangan Yang Aman. PT. Dian Rakyat. Jakarta


0 komentar:

Posting Komentar

My Birthday :)

Daisypath - Personal pictureDaisypath Happy Birthday tickers
 

PURPLE CATZ Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review