LAPORAN PRAKTIKUM
SANITASI DAN KEAMANAN
PANGAN
Metode TPC
Ana
Cholifatul Chusna ( 2013340001
)
Husnun
Hanifah (
2013340018 )
Luneta
Aurelia Fatma ( 2013340014 )
Niken
Larasati (
2013340033 )
Ulfa Ina
Wardhani ( 2013340034
)
Veronika Rengganis
C.R ( 2013340013)
JURUSAN TEKNOLOGI
PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS SAHID
JAKARTA
2016
I.
Latar Belakang
Mikroba hampir
terdapat disemua tempat. Dimulai dari permukaan tanah sampai pada lapisan
atmosfer yang paling tinggi. Bahkan pada makanan, minuman dan obat-obatan yang
kita konsumsi juga terdapat mikroorganisme yang bersifat infeksi. Dalam
kehidupan ini, terdapat jenis bakteri namun bakteri-bakteri tersebut ada yang
menguntungkan, ada juga yang merugikan. Bakteri yang menyebabkan penyakit ini
biasa disebut dengan bakteri pathogen. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati
dalam mengkonsumsi makanan, minuman dan obat-obatan. Produk pangan dan
obat-obatan yang beredar dimasyarakat harus melalui pengujian serta harus
memiliki standar kualitas mikrobiologi. Pengujian kualitas mikrobiologi dalam
produk pangan dan obat dilakukan agar produk yang dihasilkan bermanfaat serta
aman untuk digunakan konsumen.
Dalam pengujian
mutu suatu bahan pangan diperlukan berbagai uji yang mencakup uji fisik, uji
kimia, uji mikrobiologi dan uji organoleptic. Uji mikrobiologi merupakan salah
satu uji yang penting, karena selain dapat menduga daya tahan simpan suatu
makanan, juga dapat digunakan sebagai indicator sanitasi makanan atau indikato
keamanan makanan. Berbagai macam uji mikrobiologi dapat dilakukan terhadap
pangan, meliputi uji kuantitatif mikroba untuk menentukan mutu dan daya suatu
makanan, uji kualitatif mikroba untuk menentukan mutu dan daya tahan suatu
makanan, uji kualitatif bakteri pathogen untuk menentukan tingkat keamanan dan
uji bakteri indicator untuk menentukan tingkat sanitasi makanan tersebut.
Pengujian yang dilakukan terhadap setiap bahan pangan tidak sama tergantung
dari berbagai faktor seperti jenis dan komposisi bahan pangan, cara pengepakan
dan penyimpanan, cara penanganan dan konsumsinya, kelopok konsumen dan berbagai
faktor lainnya.
II.
Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah untuk
mengetahui jumlah mikroorganisme hidup yang terkandung pada produk pangan
dengan menggunakan metode Total Plate
Count (TPC).
III.
Bahan dan Metode
Bahan :
1.
Jus
jeruk
2.
Media
PCA
3.
Media
NA
4.
Larutan
pengencer
Alat :
1.
Cawan
petri
2.
Pipet
3.
Bunsen
4.
Tabung
reaksi
Cara kerja :
1.
Sampel
yang akan diuji yaitu jus jeruk dipersiapkan terlebih dahulu.
2.
Kemudian
dipipet sebanyak 1 ml jus jeruk kemudian dimasukan kedalam tabung reaksi yang
berisi 9 ml larutan pengencer. Dikocok hingga homogen.
3.
Setelah
itu dipipet sebanyak 1 ml larutan yang ada dalam tabung reaksi, kemudian
dimasukkan kedalam 2 cawan petri yang berbeda.
4.
Lalu
kedalam salah satu cawan petri tersebut dimasukan media NA atau media PCA pada
cawan petri yang lainnya. Kemudian dihomogenkan dan ditunggu hingga membeku.
5.
Diinkubasi
pada suhu 30°C selama 48 jam.
6.
Dilakukan
pengamatan terhadap jumlah mikroorganisme yang tumbuh pada masing-masing media
NA atau media PCA yang digunakan.
IV.
Data Pengamatan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan di dapatkan data sebagai berikut:
Total
Bakteri Cawan I : TBUD ( Terlalu Banyak Untuk Dihitung)
Total
Bakteri Cawan II : TBUD ( Terlalu Banyak Untuk Dihitung)
V.
Pembahasan
Total Plate Count (TPC) adalah menumbuhkan sel
mikroorganisme yang masih hidup pada media agar, sehingga mikroorganisme akan
berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung
dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode ini merupakan metode yang
paling sensitif untuk menentukan jumlah mikroorganisme.Dengan metode ini, kita
dapat menghitung sel yang masih hidup, menentukan jenis mikroba yang tumbuh
dalam media tersebut serta dapat mengisolasi dan mengidentifikasi jenis koloni
mikroba tersebut.
Metode cawan petri / plate count metode dengan
penaksiran jumlah kepadatan bakteri secara tidak langsung dan penghitungan
bakterinya hanya yang hidup saja yang mati tidak. Dalam metode ini dilakukan
pengenceran yang berseri 101-1010 agar populasi
dapat terbaca, pengenceran yang menghasilkan 30-300 bakteri saja yang dapat
dibaca dan dikatakan berhasil karena bila kuarang dari 30 untuk alasan
statistic tidak dapat diterima bila lebih dari 300 kemungkinan ada koloni yang
terlalu padat, terlalu dekat satu dengan yang lainya. Kelebihan metode ini
perhitungan lebih meyakinkan karena yang dihitung bakteri yang hidup saja,
dapat menghitung jasad renik lain sekaligus serta mengidentifikasi dan
mengisolasi jasad renik mengetahui pertumbuhan jasad renik tersebut namun
kekurangannya butuh waktu yang lama, media serta kondisi inkubasi yang berbeda
menghasilkan data yang berbeda, membutuhkan media yang padat kering agar metode
berhasil, dan terkadang hasil perhitungan tidak menunjukan hasil sebenarnya
karena sel mungkin membuat koloni lain.
Penyebaran mikroorganisme yang tumbuh
pada bahan hasil pertanian pada hasil olahnya pada umumya terdiri dari bakteri,
jamur/kapang, virus dan disamping itu terdapat juga binatang satu sel.
Pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme dalam bahan ( makanan ), akan
menyebabkan perubahan-perubahan tertentu yaitu : perubahan yang bersifat fisik
dan dan kimiawi, sebagai contoh yaitu: konsistensi bahan menjadi lunak, timbul
gas atau aroma tertentu dan zat racun yang membahayakan. Jumlah penyebaran
bakteri/mikroorganisme pada bahan (makanan ) yang sedang mengalami pembusukan
sangat bervariasi jumlahnya dan tidak sama jenis ( species )-nya serta
tergantung pada: varietas, habitat, susunan kimia, cara penanganan, suhu
penyimpanan dan lain-lain.
Pertumbuhan mikroorganisme yang
membentuk koloni dapat dianggap bahwa setiap koloni yang tumbuh berasal dari
satu sel, maka dengan menghitung jumlah koloni dapat diketahui penyebaran
bakteri yang ada pada bahan. Jumlah mikroba pada suatu bahan dapat dihitung
dengan berbagai macam cara, tergantung pada bahan dan jenis mikrobanya. Ada 2
macam cara perhitungan jumlah mikroba/bakteri, yaitu perhitungan secara
langsung dan tidak langsung
Perhitungan jumlah mikroba
secara langsung yaitu jumlah mikroba dihitung secara keseluruhan, baik yang
mati atau yang hidup sedangkan perhitungan jumlah miroba secara tidak langsung
yaitu jumlah mikroba dihitung secara keseluruhan baik yang mati atau yang hidup
atau hanya untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja, ini tergantung
cara-cara yang digunakan. Untuk menentukan jumlah miroba yang hidup dapat
dilakukan setelah larutan bahan atau biakan mikroba diencerkan dengan factor
pengenceran tertentu dan ditumbuhkan dalam media dengan cara-cara tertentu
tergantung dari macam dan sifat-sifat mikroba.
Praktikum kali ini mengalamin kegagalan
karena pada metode cawan petri tidak dapat terbaca melebihi toleransi pembacaan
30-300 koloni, populasi bakteri yang begitu banyak tak dapat dihitung karena
waktu inkubasi yang terlalu lama sehingga baktri berkembang terlalu banyak
mungkin seharusnya 24 jam sudah dapat dibaca namun ini 48 jam, selain itu dalam
pengujian kali ini tidak dilakukan pengenceran sehingga bakteri yang tumbuh
tidak dapat di hitung karena terlalu padat.
Dalam mikrobiologi , pembentuk
koloni Unit (CFU) adalah perkiraan yang layak bakteri atau jamur angka. Tidak seperti langsungmikroskopis jumlah
mana semua sel, mati dan hidup, dihitung, CFU memperkirakan sel layak.
Munculnya koloni terlihat membutuhkan pertumbuhan yang signifikan dari sel awal
berlapis - pada saat menghitung koloni itu tidak mungkin untuk menentukan
apakah koloni muncul dari satu sel atau 1.000 sel. Oleh karena itu, hasilnya
diberikan sebagai CFU / mL (unit pembentuk koloni per mililiter) untuk cairan,
dan CFU / g (unit pembentuk koloni per gram) untuk padatan untuk mencerminkan
ketidakpastian ini (bukan sel / mL atau sel / g ). (Wikipedia, 2012).
VI.
Kesimpulan
Berdasarkan
pengujian yang telah dilakukan di dapatkan hasil total bakteri adalah TBUD,
metode yang digunakan adalah penghitungan bakteri
dengan metoda hitungan cawan, metode ini dilakukan karena mempunyai kelebihan
yakni mudah dan efektif dalam proses penghitungan mikroba dan juga bakteri yang
dihitung adalah bakteri yang tumbuh saja. Namun dalam
pengujian perlu dilakukan pengenceran agar jumlah bakteri dapat dihitung.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro,
D. 1994. Dasar dasar mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Fardiaz,
Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia: Jakarta.
Gobel,
Risco, B., dkk., 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Prakte.Universitas
Hasanuddin: Makassar.
Hadioetomo,
R. 1990. Mikrobiologi Dasar-Dasar Dalam Praktek. Gramedia: Jakarta.
Hildan.
2011. http://hildan09.student.ipb.ac.id/2011/03/26/spektrofotometer-ipbbiokimia/. Diakses
pada Oktober 2012.
Pelczar,
Michael, J. 1986. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia:
Jakarta.
Penn,
C. 1991. Handling laboratory microorganism. Open university:
Milton Keynes.
Sutedjo,
M. 1991. Mikrobiologi tanah. Renika cipta: Jakarta.