LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA
ALKOHOL
10
Desember 2013
Disusun
Oleh :
Kelompok
1
Aprilisa
Siwi Lestari (2013340003)
Kinanty
Praha Saputri (2013340011)
Lina
Anisah (2013340005)
Luneta
Aurelia (2013340014)
M.Rofit
Amrizal (2013340096)
Jurusan
Teknologi Pangan
Fakultas
Teknologi Industri Pertanian
Universitas
Sahid Jakarta
2013
ALKOHOL
1. Tanggal Praktikum : 10 Desember
2013
2. Tujuan Praktikum :
·
Mengetahui sifat fisik dari beberapa
senyawa alcohol, diantaranya untuk mengetahui perbedaan titik didih, perbedaan
viskositas, perbedaan kelarutan.
·
Menentukan struktur alcohol primer,
sekunder dan tersier.
3. Teori Singkat
Alkohol
adalah senyawa organik yang memiliki rumus umum R-OH. Gugus hidroksil yakni
gugus fungsi dari senyawa alkohol dapat berkedudukan pada berbagai posisi,
yaitu alkohol primer (n-alkohol), alkohol sekunder (sec-alkohol) dan alkohol
tersier (tert-alkohol). Perbedaan kedudukan gugus hidroksil tersebut sangat
erat hubungannya dengan kereaktifan dengan zat lain atau secepat terbentuknya
produk. Sebagai contoh, reaktifitas alkohol terhadap hydrogen halide (HX).
Semua
alcohol mudah bereaksi dengan HBr dan HI menghasilkan alkil bromide dan alkil
iodide. Alkohol tersier, alkohol benzilik dan alkohol alkilik juga mudah bereaksi
dengan HCl. Tetapi, alkohol primer dan sekunder kurang reaktif dan memerlukan
ZnCl2 tak berair atau katalis
yang serupa, agar bereaksi dengan HCl yang kurang reaktif ini dalam waktu tidak
terlalu lama.
Perbedaan
kedudukan gugus hidroksil juga akan mempengaruhi jenis produk yang dihasilkan.
Pada umumnya reaksi oksidasi yang berlangsung pada senyawa organik adalah
sebagai berikut :
1. Senyawa
organik berlaku sebagai reduktor dan pereaksi anorganik sebagai reduktor.
2. Reaksi
osidasi reduksi tersebut merupakan reaksi adisi oksigen pada senyawa
organiknya.
3. Elektron
yang dilepaskan oleh oksidator akan ditangkap oleh senyawa organik yang
menyebabkan perubahan gugus fungsi.
Alkohol tersier sukar dioksidasi, kecuali
dengan pengoksidasi yang sangat
kuat,misalnya asam kromat dengan asam sulfat panas. Berdasarkan
sifat-sifat reaksi diatas, maka dapat dilakukan suatu analisis kualitatif
terhadap senyawa alkohol untuk
menentukan apakah senyawa tersebut alcohol primer, sekunder, atau
tersier.
4.
Alat
dan Bahan
Alat
·
Tabung reaksi
·
Pipet tetes
·
Pipet volume
·
Pipet Bulb
Bahan
·
Etanol
·
n-Butanol
·
t-Butanol
·
pentanol
·
gliserol
·
s-butanol
·
Etilenaglikol
5.
Cara
Kerja
Titik
didih
1.
Sediakan kapas yang dibulatkan,
besarnya bulatan tersebut disesuaikan dengan mulut botol senyawa alkohol.
2.
Basahi masing-masing kapas dengan
alkohol, etanol dan n-butanol dengan cara memiringkan botol.
3.
Goreskan kapas-kapas yang telah
dibasahi tersebut pada permukaan kaca, goresnya
harus sama dengan luasnya. Kemudian dengan segera amati manakah yang
lebih dahulu mongering, etanol atau n-butanol.
4.
Ulangi percobaan diatas dengan
menggunakan senyawa alkohol n-butanol denag t-butanol.
Kelarutan
Dalam Air
1. Masukkan
10 tetes air ke dalam tabung reaksi
2. Dengan
menggunakan pipet tetes yang sama sebelumnya harus dibilas terlebih dahulu
dengan senyawa alkohol yang akan diujikan.
3. Masukkan
tetes demi tetes secara perlahan-lahan. Amati bagaimana kelarutannya? Apabila
terdapat kekeruhan atau emulsi, penambahan harus dihentikan.
4. Hitunglah
berapa tetes senyawa alkohol yang ditambahkan tadi.
5. Percobaan
ini dilakukan juga pada senyawa alkohol : etanol, n-butanol, pentanol,
s-butanol, t-butanol dan gliserol.
Uji
Bau
1. Bukalah
tutup botol yang berisi zat, kemudian segera cium aromanya dengan cara
menepiskan uapnya dari mulut kearah hidung.
2. Dilarang
mencium langsung ke mulut botol.
3. Lakukan
uji bau ini pada senyawa alkohol, etanol, n-butanol, pentanol, s-butanol,
t-butanol, gliserol, etilen glikol.
Kecepatan
Reaksi dengan HCl (Uji Lucas)
1. Sediakan
4 tabung reaksi yang bersih, masing-masing diisi dengan 3ml n-butanol,
s-alkohol, t-butanol dan senyawa yang tersedia.
2. Tambahkan
ke dalam masing-masing tabung tersebut 10 ml pereaksi lucas (ZnCl2 dalam HCl
pekat). Amati perubahan dalam masing- masing tabung setelah 5,15,30,45 dan 60
menit.
3. Catat
hasil reaksi kemudian bandingkan kecepatan reaksi dari masing-masing alkohol
tersebut, yaitu dengan melihat perubahan warnanya.
Oksidasi
Alkohol dengan Senyawa Dikromat
1. Larutkan
5 gram Na-dikromat dalam 50 ml air suling yang mengandung 5 ml H2SO4 pekat.
2. Kemudian
sediakan 4 buah tabung bersih dan kering. Isi masing-masing tabung dengan 10 ml
larutan Na-dikromat yang baru dibuat.
3. Tambahkan
masing- masing 2 ml n-butanol, s-butanol, t-butanol dan suatu senyawa dari
golongan alkohol.
4. Amati
perubahan pada masing-masing tabung setelah 5, 15, 30, 45 dan 60 detik
5. Catat
hasil reaksinya kemudian bandingkan kecepatan reaksi dari masing-masing alkohol
tersebut.
6.
Hasil
Pengamatan
Titik
Didih
Senyawa
Alkohol
|
Penguapan Cepat/lambat
|
Kesimpulan
|
Etanol
n-butanol
|
Cepat
Lambat
|
Titik
didih n-butanol lebih besar daripada titik didih Etanol.
|
n-butanol
t-butanol
|
Lambat
Cepat
|
Titik
didih n-butanol lebih besar
daripada titik didih t-butanol.
|
Kelarutan
Dalam Air
Senyawa
Alkohol
|
Nisbah Air :
Alkohol (tetes)
|
Kesimpulan
|
Etanol
|
25 tetes
|
Larut
(sedikit keruh)
|
N-butanol
|
10 tetes
|
Tidak
larut. Terdapat dua lapisan. (keruh)
|
Pentanol
|
15 tetes
|
Tidak
larut.
Terdapat
dua lapisan.
(keruh)
|
S-butanol
|
8 tetes
|
Larut.
(keruh)
|
T-butanol
|
20 tetes
|
Larut.
(keruh)
|
Gliserol
|
10 tetes
|
Larutan
menjadi kental.
Sedikit
keruh
|
Uji
Bau
Senyawa Alkohol
|
Bau/Harum
|
Kegunaan
|
Etanol
|
Bau
Menyengat seperti alkohol.
|
Sebagai
antiseptik
|
N-butanol
|
Bau
Menyengat
|
Sebagai
pelarut, sebagai perantara dalam sintesis kimia, dan sebagai bahan bakar.
|
Pentanol
|
Bau
sangat menyengat
|
Sebagai
pelarut dan pada esterfication misalnya dalam produksi asetat
|
S-butanol
|
Bau
yang khas dan menyengat
|
Sebagai
pelarut, sebagai perantara dalam sintesis kimia, dan sebagai bahan bakar.
|
T-butanol
|
Bau
yang khas dan menyengat
|
Sebagai
pelarut, sebagai perantara dalam sintesis kimia, dan sebagai bahan bakar.
|
Gliserol
|
Bau
tidak menyengat
|
Sebagai
pembuatan sabun dari lemak dan minyak
|
Etilenglikol
|
Tak berbau
|
Sebagai bahan
baku tambahan pada pembuatan cat, cairan rem, tinta cetak, tinta ballpoint,
kosmetik, dan bahan anti beku.
|
Kecepatan
Reaksi dengan HCl (Uji Lucas)
Perubahan warna pada menit ke-
|
Perubahan
Warna pada Alkohol
|
|||
n-butil
|
s-butil
|
t-butil
|
Senyawa x
|
|
5
|
Tidak
ada perubahan warna (jernih)
|
Berwana
kekuningan pada lapisan permukaan atas
|
Warna
menjadi keruh
|
Berwana
kekuningan pada lapisan permukaan atas
|
15
|
Tidak
ada perubahan warna (jernih)
|
Berwana
kekuningan pada lapisan permukaan atas
|
Warna
menjadi keruh
|
Berwana
kekuningan pada lapisan permukaan atas
|
30
|
Tidak
ada perubahan warna (jernih)
|
Berwana
kekuningan pada lapisan permukaan atas
|
Warna
menjadi keruh
|
Berwana
kekuningan pada lapisan permukaan atas
|
45
|
Tidak
ada perubahan warna (jernih)
|
Berwana
kekuningan pada lapisan permukaan atas
|
Warna
menjadi keruh
|
Berwana
kekuningan pada lapisan permukaan atas
|
60
|
Tidak
ada perubahan warna (jernih)
|
Berwana
kekuningan pada lapisan permukaan atas
|
Warna
menjadi keruh
|
Berwana
kekuningan pada lapisan permukaan atas
|
Oksidasi
Alkohol dengan Senyawa Dikromat
Perubahan Warna pada Detik ke-
|
Perubahan
Warna pada Alkohol
|
|||
n-butil
|
s-butil
|
t-butil
|
Senyawa x
|
|
5
|
Terdapat
warna hitam pada lapisan atas larutan
|
Terdapat
warna hitam pada lapisan atas larutan
|
-
|
Berwarna
putih keruh pada lapisan bagian atas
|
15
|
Terdapat
warna hitam pada lapisan atas larutan
|
Terdapat
warna hitam pada lapisan atas larutan
|
-
|
Berwarna
putih keruh pada lapisan bagian atas
|
30
|
Terdapat
warna hitam pada lapisan atas larutan
|
Lapisan
hitam mulai kebawah dan tercampur
|
-
|
Berwarna
putih keruh pada lapisan bagian atas
|
45
|
Terdapat
warna hitam pada lapisan atas larutan
|
Lapisan
hitam mulai kebawah dan tercampur
|
-
|
Lapisan
atas yang berwarna putih keruh menjadi hitam
|
60
|
Terdapat
warna hitam pada lapisan atas larutan
|
Lapisan
hitam mulai kebawah dan tercampur
|
-
|
Lapisan
atas yang berwarna putih keruh menjadi hitam
|
7.
Perhitungan
-
8.
Pembahasan
Titik
didih
Pada
percobaan titik didih dengan menggunakan kapas yang dibulatkan, besarnya
bulatan tersebut di sesuaikan dengan mulut botol senyawa alkohol kemudian
basahi masing-masing kapas dengan menggunakan senyawa alkohol, etanol,
n-butanol, dengan jalan memiringkan botol dan goreskan kapas-kapas yang telah basah
tersebut pada permukaan kaca, goresannya harus sama luasnya. Kemudian amati
manakah yang lebih dahulu mengering, etanol atau n butanol. Ternyata etanol
lebih cepat mengering bila dibandingkan dengan n-butanol.
Hal
ini disebabkan karena etanol yang mempunyai rantai atom pendek bila
dibandingkan dengan n-butanol. Sehingga apabila diuapkan diudara antara etanol
dan n-butanol maka etanol yang lebih menguap. Perlakuan yang sama juga
dilakukan pada n – butanol dan t – Butanol dan setelah diamati t – butanol
lebih menguap dahulu dari pada n – butanol, dengan demikian n – butanol
memiliki titik didih lebih tinggi daripada t – Butanol.
Kelarutan
dalam air
Pada
percobaan kelarutan dalam air, menggunakan senyawa alkohol berupa, Etanol,
N-butanol, Pentanol, S-butanol, T-butanol, dan Gliserol. Akan tetapi pada
tabung reaksi diteteskan 10 tetes air pada tabung yang berbeda. Pada etanol
saat larut dengan air yaitu pada saat 25 tetes, larutannya menjadi keruh. Pada
N-butanol pada saat 10 tetes di masukan kedalam air yang berada di tabung
reaksi tidak larut, terdapat dua lapisan, dan keruh. Pada pentanol pada saat 15
tetes sukar larut dalam air karena Kelarutan pentanol berkaitan dengan gugus OH
yang bersifat polar sementara gugus alkil (R) bersifat nonpolar. Pada S-butanol
pada saat 8 tetes di masukan kedalam air yang berada di tabung reaksi larut
dalam air. Pada T-butanol saat 20 tetes di masukan kedalam air yang berada di
tabung reaksi larut dalam air. . Pada gliserol saat 10 tetes di masukan kedalam
air yang berada di tabung larutan menjadi kental dan sedikit keruh. Jadi
semakin besar gugus R semakin berkurang kepolaran, sehinnga kelarutan dalam
pelarut yang bersifat polar (seperti air) berkurang, sedangkan kelarutan dalam
pelarut nonpolar bertambah. Pentanol lebih mudah larut dalam CCl4 (suatu
pelarut nonpolar) daripada dalam air.
Uji
bau
Pada
percobaan uji bau, oleh senyawa alkohol di antaranya Etanol, N-butanol,
Pentanol, S-butanol, T-butanol, gliserol dan etilengikol serta kegunaanya.
Etanol mempunyai bau yang sangat menyengat seperti alkohol, pada etanol
kegunaanya yaitu sebagai antiseptic. N-butanol saat uji bau, juga mempunyai bau
yang sangat menyengat, kegunaannya yaitu sebagai pelarut, sebagai perantara dalam
sintesis kimia, dan sebagai bahan bakar. Pada pentanol bau sangat menyengat
kegunaan sebagai pelarut dan pada esterfication misalnya dalam produksi asetat.
Selanjutnya pada S-butanol dan T-butanol mempunya bau yang khas dan menyengat,
kegunaanya sebagai pelarut, sebagai perantara dalam sintesis kimia. Pada uji
bau gliserol bau nya tidak menyengat kegunaanya yaitu Sebagai pembuatan sabun
dari lemak dan minyak. Yang terakhir pada uji bau etilenglikol senyawa ini
tidak berbau, kegunaanya yaitu sebagai bahan baku tambahan pada pembuatan cat,
cairan rem, solven, alkyl resin, tinta cetak, tinta ballpoint, foam stabilizer,
kosmetik, dan bahan anti beku.
Jadi
pada uji bau tersebut, setiap senyawa alkohol mempunyai bau/harum serta kegunaannya yang
berbeda-beda.
Kecepatan
reaksi dengan HCl (uji lucas)
Pada
uji lucas, sampel yang sedang direaksikan dengan reagen lucas berada dalam
tabung reaksi yang disumbat dengan tisu. Hal ini dilakukan agar alkohol tidak
menguap sehingga dapat dilihat perubahannya ketika direaksikan dengan reagen
lucas.
Saat percobaan, tidak terjadi perubahan
warna yang dihasilkan oleh n-butil , hal
ini sesuai dengan teori bahwa n-butil ( senyawa primer) tidak bereaksi dengan
reagen lucas sehingga menghasilkan warna yang tetap sama seperti semula yaitu
berwarna jernih.
Pada percobaan s-butil dengan senyawa x
terjadi kesamaan dalam perlakuan yang sama yaitu terbentuk warna kuning muda
pada lapisan permukaan larutan. Sehingga dapat dipastikan bahwa senyawa x
adalah s-butil. Tetapi hasil percobaan kami tidak sesuai dengan teori yang ada,
karena seharusnya di dalam teori menyebutkan bahwa akan terjadi perubahan warna
atau reaksi pada s-butil (senyawa sekunder) apabila dilakukan pemanasan.
Pada
percobaan t-butil terjadi perubahan warna, yaitu larutan menjadi berwarna
keruh. Hal ini sesuai dalam teori yang ada bahwa t-butil (senyawa tersier)
bereaksi dengan reagen lucas untuk
menghasilkan kekeruhan walaupun tanpa pemanasan.
Oksidasi Alkohol dengan Senyawa
Dikromat
Pada percobaan oksidasi alkohol dengan
senyawa dikromat, alkohol bisa dioksidasi menjadi aldehid maupun asam
karboksilat tergantung pada kondisi-kondisi reaksi. Untuk pembentukan asam
karboksilat, alkohol dioksidasi menjadi sebuah aldehid yang selanjutnya
dioksidasi menjadi asam.
Pada percobaan oksidasi alkohol dengan
senyawa n-butanol, terdapat lapisan hitam di permukaan pada detik ke 20, dan
pada detik 30-60 lapisan hitam turun ke tengah larutan. Pada senyawa x, dimana
terdapat lapisan hitam yang awalnya dipermukaan larutan, kemudian turun ke
tengah dan akhirnya bercampur dengan larutan sehingga menjadi larutan hitam.
Senyawa x pada percobaan ini adalah s-butanol.
9.
Jawaban
Pertanyaan
-
10. Kesimpulan
Titik didih
Dari
percobaan yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan antara lain :
Alkohol
merupakan zat tidak berwarna. Bagian hidrokarbon alkohol bersifat hidrofob
sedangkan gugus fungsi hidroksil bersifat hidrofil.
Alkohol bersuhu rendah (sampai C3) adalah
cairan encer yang dapat tercampur dengan air dalam segala perbandingan.
Alkohol bersuhu sedang menyerupai minyak.
Semakin panjang rantai atom C semakin rendah kelarutannya dalam air.
Senyawaan C12 dan lebih tinggi berupa padatan
yang tidak larut. Makin panjang rantai C makin tinggi titik cair dan titik
didih. Gugus hidroksil mengakibatkan alkohol bersifat polar.
Kelarutan dalam air
Semakin
besar gugus R semakin berkurang kepolaran, sehinnga kelarutan dalam pelarut
yang bersifat polar (seperti air) berkurang, sedangkan kelarutan dalam pelarut
nonpolar bertambah. Pentanol lebih mudah larut dalam CCl4 (suatu pelarut
nonpolar) daripada dalam air.
Uji bau
Setiap
senyawa alkohol misalnya Etanol, N-butanol, Pentanol, S-butanol, T-butanol,
gliserol dan etilengikol mempunyai baud an kegunaanya yang berbeda-beda.
Kecepatan reaksi dengan HCl (uji lucas)
Larutan
s-butil (senyawa sekunder) dalam perlakuan yang sama dengan senyawa x akan
menghasilkan perubahan yang sama pula sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
senyawa x adalah s-butil (Senyawa sekunder). Pada larutan n-butil (senyawa
primer) tidak terjadi reaksi dan perubahan warna. Larutan s-butil dan senyawa
x menghasilkan warna kuning muda pada
lapisan permukaan. Sedangkan larutan t-butil terjadi perubahan warna keruh
karena dapat bereaksi dengan reagen lucas.
Oksidasi
Alkohol dengan Senyawa Dikromat
Percobaan
oksidasi alkohol pada senyawa x adalah s-butanol. Karena terdapat lapisan hitam
yang awalnya dipermukaan larutan, kemudian turun ke tengah dan akhirnya
bercampur dengan larutan sehingga menjadi larutan hitam. Oksidasi terjadi pada
larutan-larutan orang yang mengandung ion-ion dikromat direduksi menjadi sebuah
larutan hijau yang mengandung ion-ion kromium (III).
11. Daftar pustaka
eckhochems.blogspot.com/2010/04/alkohol.html
12. Lampiran
0 komentar:
Posting Komentar