Hidup berpindah-pindah atau Nomaden
seperti orang-orang di zaman purba yang tidak menetap di satu tempat dan selalu
harus beradaptasi.
Yap, keluargaku seperti itu. Entah,
Papa selalu mencari tempat yang lebih nyaman. Tidak puas akan satu tempat. Papa
pernah bercerita dia ingin tinggal di tempat yang jauh dari keramaian, agar
nanti jika dia dan Mama sudah menua mereka bisa tinggal di sana dan aku juga
Dovi yang pulang kampung ke tempat mereka.
Tanggal 21 Desember 2014 adalah
kepindahan kami untuk kesekian kalinya. Orang-orang terdekat bertanya, sampai
bosan mendengarkan pertanyaan yang sama “Kenapa pindah?”
Citayam – Margonda – Depok II
Tengah – Margonda – Depok Timur – Bojong Gede
Kali ini Papa memilih Bojong Gede
sebagai tempat tinggal. Aku suka rumahnya, rumahnya bagus apalagi kamar baru
untukku yang berada di lantai 2 benar-benar privasi dengan cat warna ungunya
seperti biasa dan meja rias baru. Rumahnya begitu banyak tanaman dan kami pun
memiliki barang-barang baru dari kayu jati dan keramik, agak horor saat tau
rumah baru begitu banyak cermin dan lukisan namun setelah setengah bulan disini
aku mulai terbiasa dengan cermin-cermin itu hehe. Yang aku kurang suka, di sini
kurang strategis. Memang sih dekat kemana-mana kalau naik kereta, tapi suasana
di sini begitu sepi dan tetangganya jarang keluar, jalanannya banyak yang rusak
dan berlubang dan yang paling aku tidak suka hujan sangat sering mengguyur,
udaranya dingin dan aku tidak begitu menyukai dingin, jalanan menjadi becek.
Dari rumah pun terlihat gunung Salak, tempat ini dekat dengan kota Bogor si
kota hujan itu. Kota yang dulu pernah aku impikan sebagai tempat studiku.
Meninggalkan rumah baru sungguh
berat. Dimana rumah yang dulu dekat dengan penjual pakan hamster, salon
langganan creambath dan eye treatment, pasar, dan cukup sekali naik angkutan
untuk bisa sampai Margo City, Depok Town Square, Plaza Depok, ITC Depok, dan
salon langganan potong. Sedihnya harus meninggalkan kucing kesayangan Barie,
aku sudah tau ini akan terjadi. Lagi-lagi harus meninggalkan kucing, sepertinya
memelihara hamster adalah pilihan yang tepat karena ukurannya yang kecil bisa
di bawa kemana-mana. Kuliah pun jadi jauh huhu.
Meninggalkan kota Depok merupakan
hal yang paling-paling berat! Di saat aku sedang berkontribusi untuk Depok, aku
harus pindah ke Bogor. Gara-gara Earth Hour Depok, aku jadi tau berbagai hal
luar biasa mengenai Depok dan sekitarnya. Aku yang selama ini tinggal di Depok
pun jadi kagum. Ikut berbagai event dan mengenal banyak orang hebat seperti
Emil Dardak dan Arumi Bachsin, mengedukasi anak-anak SD yang lucu, bekerja sama
dengan UI, bekerja sama dengan pemkot Depok, pokoknya sedih harus meninggalkan
Kota Depok huhu.
Tapi...
Ini merupakan keputusan Papa. Mau
gak mau ya harus adaptasi, aku sebenarnya sangat menyukai tempat baru dan lingkungan
baru karena aku cepat jenuh. Namun, rasanya capek jika harus pindah-pindah
terus. Mengemasi barang dan bulak-balik, merasa sedih dan kehilangan terutama
pada bintang peliharaan.
Rumah lama dan rumah baru.
Hmm...rumah baru juga nantinya akan jadi rumah lama yang akan membuat nyaman.
Sudah terbiasa hidup nomaden, namun dengan begitu aku mudah beradaptasi dalam
lingkungan sosial karena banyak belajar dari hal tersebut.
Rumah Lama |
Rumah Baru |
0 komentar:
Posting Komentar