Powered By Blogger

Jumat, 13 November 2015

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA DAN PROSES PANGAN : Pengamatan Sifat Fisik dan Kimia Buah dan Sayuran

Diposting oleh Luneta Aurelia Fatma di 17.48.00
LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA DAN PROSES PANGAN
Pengamatan Sifat Fisik dan Kimia Buah dan Sayuran







Disusun Oleh:
Kelompok 1
Ashilah Salim                                 2014349119
Dewi Arfika Yuliyati                     2014349118
Dwi Febriyani                                 2013340019
Inten Deppy Salera                         2013340009
Luneta Aurelia Fatma                     2013340014
Muhammad Rofit Amrizal            2013340096
Nisrina Khairani                             2013340048
Triana Ayu Wulandari                    2013340052


Jurusan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Industri Pertanian
Universitas Sahid Jakarta
2015
1.                  Landasan Teori
Bahan hasil pertanian mempunyai bentuk dan ukuran yang tidak seragam, maka dari itu diperlukan ilmu untuk mengukur dan menganalisa bentuk dan ukuran bahan hasil pertanian untuk mengklasifikasinya kedalam keseragaman bentuk (Satuhu, 2004). Oleh karena itu dilakukan pengukuran serta analisa berdasarkan parameter sifat fisik maupun kimiawi.
Setiap buah dan sayuran memiliki sifat fisik yang berbeda. Perbedaan tingkat kematangan juga menyebabkan berbedanya sifat fisik dan kimia. Sifat fisik buah dan sayur sangat penting dalam sortasi dan pengkelasan/grading. Sortasi dan pengkelasan sering sekali dilakukan untuk dilakukan pada parameter mutu buah dan sayur biasanya di tetapkan secara objektif dan kuantitatif.
Sifat fisik buah dan sayur yang sering diamati yaitu warna, aroma, rasa, bentuk, berat, ukuran, dan kekerasan. Biasanya dalam praktek sehari-hari, sifat-sifat fisis ini diamati secara subjektif, sedangkan berat ditentukan secara objektif dengan menggunakan timbangan. Sedangkan uji coba kimia dapat dilakukan terhadap pH, total asam, padatan terlarut (soluble solid) dan vitamin C.
Pada pematangan buah-buahan dan sayuran terjadi perubahan fisik dan kimia yang meliputi perubahan-perubahan:
1. Turgor sel yang berperan pada pengempukan buah dengan menurunnya protopektorin dan meningkatnya pektin.
2. Karbohidrat, yang tingkat perubahannya dibedakan antara buah-buahan dengan kandungan pati tinggi, buah-buahan dengan kandungan pati rendah, sayuran dengan kandungan pati tinggi, dan sayuran dengan kandungan pati rendah.
3. Gula sederhana yang meliputi glukosa, fruktosa, dan sukrosa.
4. Protein, yang pada pematangan berkaitan dengan proses respirasi, yang mana pencegahan sintesis protein dapat menghambat prosesklimakterik.
5. Pigmen, terutama pada pigmen klorofil, antosianin dan karotenoid.
6. Senyawa lainnya: turunan fenol, seperti tanin yang memberi rasa sepat pada buah
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pematangan Buah-buahan dan Sayuran, yaitu respirasi atau pernafasan yang merupakan suatu proses pertukaran gas yang melibatkan proses metabolisme perombakan senyawa makromolekul (karbohidrat, protein, lemak) menjadi CO2, air dan sejumlah energi. Dikenal adanya proses klimakterik yang berkaitan dengan pematangan buah, sehingga dibedakan buah-buahan klimakterik dan buah-buahan nonklimakterik.
            Beberapa faktor yang mempengaruhi respirasi dikelompokkan ke dalam faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal. Yang mempengaruhi pematangan buah-buahan dan sayuran adalah kelayuan. Kelayuan merupakan proses normal pada tumbuhan yang terjadi karena mobilisasi zat-zat makanan untuk pertumbuhan biji atau buah. Beberapa hormon pada tumbuhan dapat menghambat atau mempercepat proses kelayuan.
            Di samping respirasi dan kelayuan, etilen merupakan hormon tumbuhan, yang dipengaruhi oleh hormon lainnya dan cahaya. Selain pada pematangan, etilen juga berpengaruh pada percabangan, kelayuan daun, perakaran, perbungaan, dan pertunasan. Aktivitas etilen dipengaruhi oleh suhu, hormon auksin, metalo-enzim, O2 dan CO2. (Anonim, 2005)

2.                  Tujuan Pengamatan
·         Untuk mengetahui sifat fisik dari parameter warna, rasa, aroma, bentuk pada buah dan sayuran.
·         Untuk mengetahui pH dan Padatan terlarut yang terdapat pada buah dan sayuran
·         Untuk mengetahui jumlah bagian dari buah-buahan dan sayur-sayuran yang dapat dikonsumsi.

3.                  Alat dan Bahan
Alat:
·         Timbangan
·         Pisau
·         Jangka Sorong
·         Blender
·         Kertas saring
·         Kertas lndikator
·         Corong
·         Gelas beker
Bahan:
·         Kangkung 100 gr
·         Jambu bji 100 gr
·         Air destilata 100 ml
·         Pisang

4.                  Alur Kerja

A.    Kangkung



B.     Jambu






C.    Pisang







5.                  Data Pengamatan
A.      Sifat fisik sayur dan buah
Parameter
Kangkung
Jambu Biji
Berat utuh (gram)
153
191,3
Berat bersih dipakai (gram)
88
170,3
Bentuk
Batang lurus memanjang; daun ruas menjari
Bulat
Warna
Daun: hijau tua
Bagian luar : kuning kehijauan
Batang: hijau muda
Bagian dalam : merah muda
Aroma
Khas kangkung
Khas jambu biji
Rasa
-

Manis
Ukuran (cm)
P batang : 18 cm
Lebar : 6,88
L batang : 0,5 cm
P daun : 10 cm
Tinggi : 6,23
L daun : 2,5 cm
pH
6
4
Padatan terlarut
2o brix
3,6o brix
Struktur jaringan

Fungsi-batang-pada-tumbuhan.png


B.      Pengamatan pisang
Parameter
Tertutup
Terbuka
Matang1
Matang2
Mentah1
Mentah2
Matang
Mentah
Panjang (cm)
20,1
19,6
19,4
22,2
21,5
22,3
Diameter (cm)
3,8
4,9
3,2
3,6
4,6
4,5
pH
5,5
6
5
6
5
5
Padatan terlarut









6.                  Hasil dan Pembahasan
Pada praktikum Rekayasa dan Proses Pangan kali ini, kami melakukan pengamatan pada buah dan sayuran. Pengamatan pada buah jambu biji dan pengamatan pada sayur kangkung yang masing-masing masih dalam keadaan yang segar dan belum layu. Serta dilakukan pengamatan buah pisang dengan diberikan empat perlakuan yang berbeda yaitu Pisang Matang Tertutup (Duplo), Pisang Mentah Tertutup (Duplo), Pisang Mentah Terbuka di Vakum, dan Pisang Mentah Terbuka Tidak di Vakum. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik dan kimia yang di miliki buah jambu biji, sayur kangkung dan buah pisang.
Ø  Pengamatan Buah Jambu Biji
Kajian sifat fisik dan kimia
Jambu biji sebelum diberi perlakuan di timbang bobotnya dengan menggunakan neraca digital dalam satuan gram. Diperoleh berat bersih dari tiga buah jambu biji yang kami amati sebesar 191.1 gram. Setelah itu, jambu biji di kupas dari kulitnya dan di timbang menggunakan neraca digital untuk mengetahui berat bersih jambu biji yang dapat di konsumsi. Diperoleh berat bersih dari tiga buah jambu biji yang sudah di kupas dari kulitnya sebesar 170.3 gram. Perbedaan berat bersih jambu biji utuh dan berat bersih jambu biji yang dapat di konsumsi (setelah di kupas kulitnya) sebesar 20.6 gram. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sekitar 10% bagian buah jambu biji yang tidak dapat di pakai untuk di konsumsi.
Warna jambu biji yang kami amati sebelum di kupas kulitnya berwarna kuning kehijauan yang menunjukkan bahwa buah jambu biji tersebut masih segar dan dapat di konsumsi. Sedangkan, warna bagian dalam buah jambu biji berwarna merah muda. Aroma yang di hasilkan oleh jambu biji yang kami amati mengeluarkan aroma khas jambu biji. Hal ini menunjukkan buah jambu biji tersebut belum busuk dan sudah matang. Tekstur buah jambu biji tersebut lunak dan berair, dan bentuknya bulat tidak beraturan. Ukuran jambu biji yang kami amati memiliki rata-rata diameter lebar 6.88 cm dan 6.236 cm.
Rasa dari jambu biji yang kami amati adalah manis. Rasa manis pada buah menunjukkan jambu biji tersebut memiliki kadar sukrosa yang tinggi. Kami juga melakukan pengamatan pH dengan menghaluskan buah jambu biji dan mengukur pH dengan pH idikator. Dari pH indikator tersebut kami memperoleh pH jambu biji tersebut adalah 4. Nilai pH (tingkat keasaman ) menunjukkan derajat keasaman buah jambu biji. Nilai pH yang tinggi (>7) menunjukkan bahwa bahan tersebut mengalami perubahan kandungan ion hidrogen sehingga bahan bersifat asam, begitu juga sebaliknya. Namun, dari hasil pengamatan kami memperoleh pH 4, sehingga jambu biji yang kami amati bersifat basa, hal ini disebabkan sedikitnya kadar gula dalam buah. Seiringnya dengan bertambahnya umur buah, maka kadar gula atau tingkat kemanisan akan meningkat sehingga menyebabkan kadar asam berkurang.
Buah jambu biji yang kami haluskan kemudian kami saring dengan kertas penyaring untuk dapat di uji dengan Hand Refraktometer untuk mengetahui Total Padatan Terlarut buah jambu biji tersebut. Setelah di uji kami memperoleh hasil TPT 3.60 brix. Total padatan terlarut yang rendah menunjukkan bahwa kandungan gula pada buah jambu biji rendah. Total padatan terlarut pada buah dapat dipakai sebagai ukuran untuk menentukan tingkat kematangan buah karena kandungan gula dalam buah meliputi 80-85% total padatan terlarut dan ini akan menentukan kualitas buah tersebut (Anonim, 2003)
Ø  Pengamatan Sayur Kangkung
Kajian sifat fisik dan kimia
Sayur Kangkung di timbang bobotnya dengan menggunakan neraca digital dalam satuan gram. Diperoleh berat bersih sebesar 153 gram. Setelah itu, sayur kangkung di pisahkan dengan akarnya dan di timbang menggunakan neraca digital untuk mengetahui berat bersih sayur kangkung yang dapat di konsumsi. Diperoleh berat bersih setelah di pisahkan dengan akarnya sebesar 88 gram. Perbedaan berat bersih sayur kangkung utuh dan berat bersih sayur kangkung yang dapat di konsumsi (setelah di pisah dengan akarnya) sebesar 65 gram. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sekitar 42% bagian sayur kangkung yang tidak dapat di pakai untuk di konsumsi. Bagian yang dapat di konsumsi merupakan bagian daun dan batang dari sayur kangkung. Batang muda dan pucuknya bagian yang paling penting untuk dikonsumsi dikarenakan kangkung berkhasiat sebagai antiracun serta bisa mengobati berbagai gangguan kesehatan. Kangkung juga dapat berfungsi sebagai penenang dan mampu mebawa zat berkhasiat ke saluran pencernaan untuk itulah sebabnya tanaman ini mempunyai kemampuan menetralkan racun didalam tubuh.
Warna sayur kangkung yang kami amati berwarna hijau daun. Hal ini menunjukkan bahwa sayur kangkung tersebut masih dalam kedaan segar dan tidak layu. Warna hijau ini juga menunjukkan bahwa sayur kangkung mengandung klorofil. Sayuran hijau kaya akan betakaroten, alfakaroten, dan lutein yang terbungkus dalam kantong pigmen hijau daun (klorofil). Aroma yang di hasilkan oleh sayur kangkung yang kami amati mengeluarkan aroma khas sayur kangkung. Bentuknya memanjang, dengan tekstur daun yang masih baik yang menunjukkan sayur kangkung tersebut masih layak untuk di konsumsi. Ukuran sayur kangkung yang kami amati memiliki panjang 18 cm dan lebar 0.5 cm untuk batang dan panjang 10 cm dan lebar 0.25 cm untuk daun.
Kami tidak dapat menguji rasa sayur kangkung karena sayur kangkung yang kami amati masih dalam keadaan mentah. Kangkung mempunyai rasa manis, tawar, dan sejuk ketika dikonsumsi. Setelah itu kami melakukan pengamatan pH dengan menghaluskan sayur kangkung dan mengukur pH dengan pH indikator. Dari pH indikator tersebut kami memperoleh pH sayur kangkung tersebut adalah 6. Nilai pH (tingkat keasaman ) menunjukkan derajat keasaman sayur kangkung. Nilai pH yang tinggi (>7) menunjukkan bahwa bahan tersebut mengalami perubahan kandungan ion hidrogen sehingga bahan bersifat asam, begitu juga sebaliknya. Namun, dari hasil pengamatan kami memperoleh pH 6. Artinya sayur kangkung yang kami amati bersifat basa namun hampir menuju pH netral atau melebihi pH netral.
Sayur kangkung yang kami haluskan kemudian kami saring dengan kertas penyaring untuk dapat di uji dengan Hand Refraktometer untuk mengetahui Total Padatan Terlarut sayur kangkung tersebut. Setelah di uji kami memperoleh hasil TPT 2 0 brix. Total padatan terlarut yang rendah menunjukkan bahwa kandungan gula pada kangkung rendah.
Ø  Pengamatan Buah Pisang
Kajian sifat fisik dan kimia
Kami mengukur enam pisang yang akan di beri perlakuan. Pisang mentah yang memiliki panjang 19,4 cm dan diameter 3.2 cm, pisang mentah duplo yang memiliki panjang 22.2 cm dan diameter 3.6 cm, pisang matang yang memiliki panjang 20.1 cm dan diameter 3.8 cm, pisang matang duplo yang memiliki panjang 19.6 cm dan diameter 4.9 cm, dan dua pisang mentah yang panjang dan diameternya masing-masing 22.3 cm dan 21.5 cm, dan 4.5 cm dan 4.6 cm. Perbedaan ukuran pisang yang sebenarnya relatif sama ini menunjukkan ukuran pisang normal memiliki panjang berkisar 19-22 cm dan diameter 3-5 cm.
Kami melakukan percobaan pada pisang mentah dan pisang mentah duplo dengan memasukkan kedua pisang di dalam toples kemudian toples di tutup rapat. Aroma yang di hasilkan aroma khas pisang menunjukkan pisang tersebut masih segar dan belum busuk, warna yang terlihat berwarna kuning kehijauan menunjukkan pisang tersebut masih mentah dan belum matang, teksturnya keras, dan masing-masing memiliki pH 5 yang menunjukkan pisang mentah tersebut masih dalam kondisi basa. Setelah di diamkan selama satu minggu di peroleh toples yang berisi kedua pisang tersebut berair. Aroma kedua pisang agak busuk, warna cokelat kehitaman, tekstur lembek, dan pH kedua pisang 6. Hal ini menunjukkan bahwa kedua pisang tersebut sudah tidak dapat di olah maupun di konsumsi. Hasil pisang mentah tertutup dan pisang mentah tertutup duplo memberikan hasil yang sama. Kebutuhan oksigen yang kurang membuat pisang cepat membusuk dalam keadaan tertutup.
Selanjutnya, kami melakukan percobaan pada pisang matang dan pisang matang duplo dengan memasukkan kedua pisang di dalam toples kemudian toples di tutup rapat. Aroma yang di hasilkan aroma khas pisang menunjukkan pisang tersebut masih segar dan belum busuk, warna yang terlihat berwarna kuning menunjukkan pisang tersebut layak di konsumsi,  teksturnya agak keras, dan masing-masing memiliki pH 5 yang menunjukkan pisang mentah tersebut masih dalam kondisi basa. Setelah di diamkan selama satu minggu di peroleh toples yang berisi kedua pisang tersebut berair. Aroma kedua pisang busuk, warna hitam, tekstur sangat lembek, dan pH pisang matang 5.5 dan pisang matang duplo 5. Hal ini menunjukkan bahwa kedua pisang tersebut sudah tidak dapat di olah maupun di konsumsi. Hasil pisang matang tertutup dan pisang matang tertutup duplo memberikan hasil yang tidak jauh berbeda. Kebutuhan oksigen yang kurang membuat pisang cepat membusuk dalam keadaan tertutup.
Kemudian, kami melakukan percobaan pada dua pisang mentah dengan membiarkan kedua pisang tersebut di ruangan terbuka, namun salah satu pisang di vakum terlebih dahulu dan satu pisang tidak di vakum. Aroma yang di hasilkan aroma khas pisang menunjukkan pisang tersebut masih segar dan belum busuk, warna yang terlihat berwarna kuning kehijauan menunjukkan pisang tersebut masih mentah dan belum matang, teksturnya keras, dan masing-masing memiliki pH 5 yang menunjukkan pisang mentah tersebut masih dalam kondisi basa. Setelah didiamkan selama satu minggu di peroleh aroma kedua pisang agak busuk, warna cokelat kehitaman dikarenakan adanya enzim yang dapat mempercepat proses browning, tekstur lembek, dan pH pisang mentah terbuka di vakum 5, dan pH pisang mentah terbuka tidak di vakum 6. Hal ini menunjukkan bahwa kedua pisang tersebut sudah tidak dapat di olah maupun di konsumsi. Hasil pisang mentah terbuka di vakum dan pisang mentah terbuka tidak di vakum memberikan hasil yang tidak jauh berbedahanya berbeda di pH.
Dari percobaan ke enam pisang tersebut kami mengetahui bahwa buah pisang adalah buah yang tergolong buah klimaterik berdasarkan pola respirasinya yang artinya hanya memberikan reaksi respiratik bila etilen diberikan pada praklimaterik. Memproduksi etilen selama penyimpanan dan jika di permam akan lebih cepat matang. Kadar pektat dan pektinat yang larut meningkat tetapi jumlah total menurun karena terjadi depolimerisasi dan deesterifikasi. Perubahan warna selama proses pematangan karena proses perombakan dan/atau sintesis pigmen, pada pisang perubahan warna terjadi karena perombakan klorofil tanpa atau hanya sedikit sintesis karotenoid. Perubahan tekstur menjadi lunak atau lembek karena perombakan protopektin yang tidak larut menjadi pektin yang larut. Perubahan zat kimia pada pisang terjadi kenaikan asam isobutirat dan isovalerat bebas. Aroma khas pisang dihasilkan oleh pisang berasal dari senyawa isoamil asetat (Sabariman, 2013).

7.                  Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 
A.    Pada sayuran akan mengalami pelayuan setelah beberapa hari , ciri-ciri sayuran yang sudah layu dapat dilihat dari teksturnya, warnanya , dan baunya.
B.     Pada buah terdapat sifat fisik yaitu tekstur, bentuk, berat, ukuran, aroma dan warna buah yang sudah masak berbeda dengan buah yang masih mentah.
C.      Masaknya buah disebabkan oleh terjadinya perubahan kimiawi yang sangat kompleks. Selama proses, warna, rasa, tekstur, dan aroma buah mengalami perubahan. Pisang misalnya, mula-mula kuning keemasan, lambat-laun berubah kecoklatan, kemudian layu, melunak, terlalu masak dan akhirnya busuk. Buah yang masih muda berwarna hijau karena mengandung klorofil. Pada waktu buah menjadi tua, klorofil berubah menjadi pigmen alamiah yang berwarna kuning, merah, atau lainnya sesuai dengan jenis buah.
D.    Buah yang sudah masak aromanya sudah menunjukan aroma khas buah tersebut.
E.     Setiap buah dan sayuran memiliki kadar pH dan Padatan terlarut yang berbeda-beda tergantung dari jenisnya.
F.      Total padatan terlarut pada buah dapat dipakai sebagai ukuran untuk menentukan tingkat kematangan buah karena kandungan gula dalam buah meliputi 80-85% total padatan terlarut dan ini akan menentukan kualitas buah tersebut
G.    Pada proses browning dapat mempengaruhi mutu pangan produk yaitu menurunnya kualitas pangan seperti perubahan warna, aroma, tekstur serta perubahan total padatan terlarutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Manfaat Sayuran Hijau. http://www.citacinta.com/cerdas/seks.kesehatan/7.manfaat.sayuran.hijau/001/002/613 [Di akses 1 April 2015]
Anonim. 2015. Analisis Pangan Buah. https://natyalaksmi.wordpress.com/laporan-analisis-pangan-buah/ [Di akses 1 April 2015]
Anonim. 2007. Gizi buah dan sayur. http:// www.info-sehat.com/ content.php?id=461 [diakses jum’at, 3 April 2015]
Anonim. 2002. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pematangan Buah-buahan dan Sayuran.http://mhmdfsl.blogspot.com [diakses 3 April 2015]
Anonim. 2003. Pisang Mengukur Tingkat Kematangan. www.glinios.cyber.com [diakses 1 April 2015]
Satuhu S, Supriyadi A. 2004. Pisang Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sabariman. 2013. Pengetahuan Bahan Pangan – Hortikultura.
Ashilah Salim 
Data Pengamatan
Dewi arfika
Alur kerja, tujuan, kesimpulan,editing
Dwi febriyani
Alat dan Bahan
Inten deppy salera
(tidak ikut praktikum)
Luneta Aurelia fatma
Pembahasan
Muhammad rofit amrizal
Alur kerja
Nisrina khairani
Landasan teori
Triana Ayu Wulandari
Tujuan pengamatan

0 komentar:

Posting Komentar

My Birthday :)

Daisypath - Personal pictureDaisypath Happy Birthday tickers
 

PURPLE CATZ Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review