Powered By Blogger

Jumat, 13 November 2015

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA DAN PROSES PANGAN : Mie Basah

Diposting oleh Luneta Aurelia Fatma di 17.45.00


LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA DAN PROSES PANGAN

MIE BASAH








                     
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Ashilah Salim                                  2014349119
Dewi Arfika Yuliyati                        2014349118
Dwi Febriyani                                 2013340019
Inten Deppy Salera                         2013340009
Luneta Aurelia Fatma                     2013340014
Muhammad Rofit Amrizal            2013340096
Nisrina Khairani                             2013340048
Triana Ayu Wulandari                    2013340052


Jurusan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Industri Pertanian
Universitas Sahid Jakarta
2015


1.         Latar Belakang Pembuatan
Mie merupakan bahan pangan yang berbentuk pilinan memanjang dengan diameter 0,07-0,125 inchi yang dibuat dengan bahan baku terigu dengan atau tanpa tambahan kuning telur (Beans et al, 1974).
Mie pertama dibuat dan berkembang di daratan Cina dan hingga kini masih terkenal sebagai oriental noodle. Kemudian teknologi mie diperkenalkan oleh Marcopolo kepada para bangsawan di Italia dan kemudian menyebar ke Perancis, dan dari sana ke seluruh penjuru Eropa. Pada saat ini mie telah dikenal di berbagai negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pembuatan mie juga telah bersifat modern dan dapat dilakukan secara kontinu.
Faktor yang harus diperhatikan dalam membuat adonan dalam pembuatan mie yang baik adalah, jumlah air yang ditambahkan, lama pengadukan, dan suhunya. Pada awal pencampuran terdapat pemecahan lapisan tipis air dan tepung. Semakin lama semua bagian tepung terbasahi, oleh air dan menjadi gumpalan-gumpalan adonan. Adonan air tersebut juga merupakan serat-serta gluten tertarik, disusun bersilang dan terbungkus dalam pati, sehingga adonan menjadi lunak, halus serta elastis (Sunaryo,1985).
Sifat khas  mie adalah elastis dan kukuh dengan lapisan permukaan yang tidak lembek dan tidak lengket. Tahapan proses pembuatan mie secara garis besar berupa pencampuran (mixing), pengadukan, pemotongan dan pemasakan (Oh et al, 1983).
Berdasarkan segi tahap pengolahan dan kadar airnya, mie dapat dibagi menjadi 5 golongan :
a. Mie mentah/segar, adalah mie produk langsung dari proses pemotongan lembaran adonan dengan kadar air 35 persen.
b. Mie basah, adalah mie mentah yang sebelum dipasarkan mengalami perebusan dalam air mendidih lebih dahulu, jenis mie ini memiliki kadar air sekitar 52 persen.
c. Mie kering, adalah mie mentah yang langsung dikeringkan, jenis mie ini memiliki kadar air sekitar 10 persen.
d. Mie goreng, adalah mie mentah sebelum dipasarkan lebih dahulu digoreng.
e. Mie instan (mie siap hidang), adalah mie mentah, yang telah mengalami pengukusan dan dikeringkan sehingga menjadi mie instan kering atau digoreng sehingga menjadi mie instan goreng (instant freid noodles).
            Informasi tentang cara pembuatan mie sangatlah penting untuk diketahui oleh masyarakat secraa umum dan mahasiswa teknologi pangan secara khususnya. Agar mahasiswa dapat berinovasi dari produk mie serta dapat meningkatkan tingkat kualitas dari mie tanpa menambahkan bahan pengawet yang berbahaya bagi kesehatan.
2.         Landasan Teori
            Pengolahan mie dilakukan untuk menjadikan mie sebagai salah satu pangan alternatif pengganti nasi, hal ini tentu sangat menguntungkan ditinjau dari sudut pandang penganekaragaman konsumsi pangan. Akhir-akhir ini konsumsi mie kian meningkat, hal ini didukung oleh berbagai keunggulan yang dimiliki mie, terutama dalam hal tekstur, rasa, penampakan, dan kepraktisan penggunaannya. Dengan demikian peluang usaha industri pengolahan mie, baik dalam industri skala kecil maupun besar masih sangat terbuka luas
            Tepung terigu merupakan bahan dasar pembuatan mie. Tepung terigu diperoleh dari biji gandum (Triticum vulgare) yang digiling. Tepung terigu berfungsi membentuk struktur mie, sumber protein dan karbohidrat. Kandungan protein utama tepung terigu yang berperan dalam pembuatan mie adalah gluten. Gluten dapat dibentuk dari gliadin (prolamin dalam gandum) dan glutenin. Protein dalam tepung terigu untuk pembuatan mie harus dalam jumlah yang cukup tinggi supaya mie menjadi elastis dan tahan terhadap penarikan sewaktu proses produksinya. Bahanbahan lain yang digunakan antara lain air, garam, bahan pengembang, zat warna, bumbu dan telur.
            Air berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dan karbohidrat, melarutkan garam, dan membentuk sifat kenyal gluten. Pati dan gluten akan mengembang dengan adanya air. Air yang digunakan sebaiknya memiliki pH antara 6 – 9, hal ini disebabkan absorpsi air makin meningkat dengan naiknya pH. Makin banyak air yang 3 diserap, mie menjadi tidak mudah patah. Jumlah air yang optimum membentuk pasta yang baik. Garam berperan dalam memberi rasa, memperkuat tekstur mie, meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas mieserta mengikat air.
            Garam dapat menghambat aktivitas enzim protease dan amilase sehingga pasta tidak bersifat lengket dan tidak mengembang secara berlebihan.
            Soda abu adalah nama dagang untuk Natrium karbonat anhidrida (Na2CO3). Natrium karbonat anhidrida mempunyai sifat larut dalam air. Soda abu harus bebas dari kotoran atau zat yang tidak larut lainnya dan tidak mengandung mineral yang larut atau zat organik dalam jumlah yang dapat membahayakan konsumen (Anonima, 2008).
            Putih telur akan menghasilkan suatu lapisan yang tipis dan kuat pada permukaan mie. Lapisan tersebut cukup efektif untuk mencegah penyerapan minyak sewaktu digoeng dan kekeruhan saus mie sewaktu pemasakan. Lesitin pada kuning telur merupakan pengemulsi yang baik, dapat mempercepat hidrasi air pada terigu, dan bersifat mengembangkan adonan.
3.         Formulasi
Perlakuan 1
·         Tepung protein tinggi (cakra kembar)       : 250 gr
·         Soda kue                                                   : 3,75 gr
·         Garam                                                        : 2,5 gr
·         Air                                                             : 75 ml
·         Telur                                                           : 2,5 gr

Perlakuan 2
·         Tepung protein rendah (kunci biru)          : 250 gr
·         Soda kue                                                   : 3,75 gr
·         Garam                                                       : 2,5 gr
·         Air                                                             : 75 ml
·         Telur                                                          : 2,5 gr
4.         Alat dan Bahan
Alat
Bahan
  • Timbangan
  • Dandang
  • Wadah
  • Mixer
  • Pencetak mie

·         Tepung Terigu cakra kembar 100 gr
·         Tepung terigu segitiga biru 100 gr
·         Telur
·         Air
·         Garam mineral
·         Soda kue
·         Minyak goreng

5.         Alur Kerja
6.         Perlakuan
            Perlakuan 1 dan Perlakuan 2 menggunakan proses alur kerja yang sama. Perlakuan 1 dan 2 pada pembuatan mie instan  hanya di bedakan pada jenis tepung terigu yang di gunakan dengan berat yang sama. Tepung terigu adalah bahan yang diambil (ekstrak) dari bagian dalam (endosperm) biji gandum, berwarna putih sedikit kekuningan dan mengandung protein yang disebut gluten. Gluten inilah yang membedakan tepung terigu dengan tepung jenis lain, seperti tepung beras, tepung kentang, dan lain-lain. Gluten merupakan protein yang tidak larut dalam air, bersifat kenyal dan elastis. Pada adonan roti, gluten berfungsi untuk menahan adonan pada saat mengembang sehingga strukturnya kokoh dan tidak mengecil kembali. Sedangkan pada mi, gluten menentukan tingkat kekenyalan dan elastisitas mi. Gluten ini pula yang turut menentukan kualitas dari produk biscuits, cookies dan wafer.
            Perlakuan 1 menggunakan Tepung Terigu Cakra Kembar yang memiliki kadar protein yang tinggi. Pada umumnya, semakin tinggi kadar protein suatu terigu maka kadar glutennya juga semakin besar. Kadar gluten dari terigu biasanya tergantung dari jenis tepung terigu yang digunakan. Tepung Terigu Cakra Kembar merupakan salah satu tepung terigu yang ideal untuk pembuatan roti dan mie.
            Perlakuan 2 menggunakan Tepung Terigu Kunci Biru yang memiliki  kadar protein yang sedang. Tepung Terigu Kunci Biru merupakan salah satu tepung terigu yang sangat cocok untuk membuat aneka makanan. Untuk membuat produk cake (sponge cake, chiffone cake), biskuit, dan wafer.
            Tujuan kedua perlakuan ini untuk mengetahui perbedaan tekstur, aroma, rasa, dan warna pada mie instan yang akan di hasilkan setelah pemasakan.

7.         Data pengamatan
            7.1       Data Organoleptik Mie Protein Tinggi ( cakra kembar )

Parameter
Koresponden (kelompok)
Rata-rata Skor
2
3
4

Tekstur mie
I
III
III
III
Aroma mie
III
IV
IV
IV
Rasa mie
II
II
II
II
Warna mie
II
II
II
II
Adonan terigu protein tinggi
 





7.2       Data Organoleptik Mie Protein Rendah ( kunci biru )

Parameter
Koresponden (kelompok)
Rata-rata Skor
2
3
4

Tekstur mie
II
II
II
II
Aroma mie
I
IV
IV
IV
Rasa mie
II
III
III
III
Warna mie
III
II
II
Adonan terigu protein rendah
 
II

            Keterangan :
Tekstur
Aroma
Rasa
Warna
I
Sangat kenyal
I
Sangat langu
I
Gurih
I
Sangat kuning
II
Kenyal
II
Langu
II
Agak gurih
II
Kuning
III
Agak kenyal
III
Agak langu
III
Kurang gurih
III
Agak kuning
IV
Tidak kenyal
IV
Tidak langu
IV
Hambar
IV
Tidak kuning

7.3       Pengembangan Pada Mie
Keterangan:
·         P1 = terigu protein tinggi (cakra kembar)
·         P2 = terigu protein rendah (kunci biru)
 
P1 = Berat mie sebelum direbus         : 445 gr
                     Berat mie setelah direbus           : 495 gr
P2 = Berat mie sebelum direbus         : 270 gr
                     Berat mie setelah direbus           : 504 gr

            7.4       Kadar Air Mie
Keterangan:
·         P1 = terigu protein tinggi (cakra kembar)
·         P2 = terigu protein rendah (kunci biru)
 
                
             10,1 %
                = 46,42%

8.         Hasil dan Pembahasan
            Tahapan pembuatan mie terdiri dari tahap pencampuran, roll press (pembentukan lembaran), pembentukan mie, pengukusan serta pendinginan.  
            Mie basah yang dibuat pada praktikum ini, menggunakan bahan baku berupa tepung terigu. Tepung terigu diperoleh dari biji gandum (Triticum vulgare) yang digiling. Tepung terigu memiliki keistimewaan diantara serealia lainnya yaitu kandungan proteinnya. Protein tepung terigu terdiri dari dua komponen utama yaitu glutenin dan gliadin yang digolongkan sebagai protein pembentuk gluten. Protein glutenin memiliki rantai banyak dan berat molekul yang sangat tinggi yang memperlihatkan sifat elastis pada gluten. Sedangkan gliadin merupakan protein rantai tunggal dengan berat molekul rendah yang bersifat lengket sehingga memberikan kemampuan mengembang pada gluten. Kedua komponen gluten tersebut menyebabkan gluten yang terdapat dalam tepung terigu bersifat kenyal dan elastis.
            Tahap pencampuran bertujuan agar hidrasi tepung dengan air berlangsung secara merata dan menarik serat-serat gluten. Untuk mendapatkan adonan yang baik harus diperhatikan jumlah penambahan air (28 – 38 %), waktu pengadukan (15 – 25 menit), dan suhu adonan (24 – 40 oC).
            Proses roll press (pembentukan lembaran) bertujuan untuk menghaluskan serat-serat gluten dan membuat lembaran adonan. Pasta yang dipress sebaiknya tidak bersuhu rendah yaitu kurang dari 25oC, karena pada suhu tersebut menyebabkan lembaran pasta pecah-pecah dan kasar. Mutu lembaran pasta yang demikian akan menghasilkan mie yang mudah patah. Tebal akhir pasta sekitar 1,2 – 2 mm. Di akhir proses pembentukan lembaran, lembar adonan yang tipis dipotong memenjang selebar 1 – 2 mm dengan rool pemotong mie, dan selanjutnya dipotong melintang pada panjang tertentu, sehingga dalam keadaan kering menghasilkan berat standar.
            Setelah pembentukan mie dilakukan proses pengukusan. Pada proses ini terjadi gelatinisasi pati dan koagulasi gluten sehingga dengan terjadinya dehidrasi air dari gluten akan menyebabkan timbulnya kekenyalan mie. Hal ini disebabkan oleh putusnya ikatan hidrogen, sehingga rantai ikatan kompleks pati dan gluten lebih rapat. Pada waktu sebelum dikukus, ikatan bersifat lunak dan fleksibel, tetapi setelah dikukus menjadi keras dan kuat
9.         Kesimpulan
10.       Daftar Pustaka
http://www.bogasari.com/produk/informasi-produk.aspx (22 Maret 2015)
Hoseney, R. C. 1998. Principles Cereal Science and Technology. Second Edition. American Association of Cereal Chemistry, Inc. Minnesotta.
Astawan. 2003. Membuat Mie dan Bihun. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hou, G. And M. Kruk. 1998. Asian Noodle Technology. Technical Bulletin, Volume XX, Issue 12.
Syamsidar, 2012. Analisis Pendapatan Pada Sistem Integrasi Tanaman Semsism Ternak Sapi Potong (Integrated Farming System) di Kecamatan Sinjai Tengah Kabupaten Sinjai. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanudin.


Lampiran (foto jika ada)
Luneta: formulasi, perlakuan
Dwi: alat bahan, cara kerja
Rofit: data pengamatan

0 komentar:

Posting Komentar

My Birthday :)

Daisypath - Personal pictureDaisypath Happy Birthday tickers
 

PURPLE CATZ Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review