Powered By Blogger

Rabu, 07 Januari 2015

Nomaden

Diposting oleh Luneta Aurelia Fatma di 19.51.00


 Hidup berpindah-pindah atau Nomaden seperti orang-orang di zaman purba yang tidak menetap di satu tempat dan selalu harus beradaptasi.
Yap, keluargaku seperti itu. Entah, Papa selalu mencari tempat yang lebih nyaman. Tidak puas akan satu tempat. Papa pernah bercerita dia ingin tinggal di tempat yang jauh dari keramaian, agar nanti jika dia dan Mama sudah menua mereka bisa tinggal di sana dan aku juga Dovi yang pulang kampung ke tempat mereka.

Tanggal 21 Desember 2014 adalah kepindahan kami untuk kesekian kalinya. Orang-orang terdekat bertanya, sampai bosan mendengarkan pertanyaan yang sama “Kenapa pindah?”

Citayam – Margonda – Depok II Tengah – Margonda – Depok Timur – Bojong Gede

Kali ini Papa memilih Bojong Gede sebagai tempat tinggal. Aku suka rumahnya, rumahnya bagus apalagi kamar baru untukku yang berada di lantai 2 benar-benar privasi dengan cat warna ungunya seperti biasa dan meja rias baru. Rumahnya begitu banyak tanaman dan kami pun memiliki barang-barang baru dari kayu jati dan keramik, agak horor saat tau rumah baru begitu banyak cermin dan lukisan namun setelah setengah bulan disini aku mulai terbiasa dengan cermin-cermin itu hehe. Yang aku kurang suka, di sini kurang strategis. Memang sih dekat kemana-mana kalau naik kereta, tapi suasana di sini begitu sepi dan tetangganya jarang keluar, jalanannya banyak yang rusak dan berlubang dan yang paling aku tidak suka hujan sangat sering mengguyur, udaranya dingin dan aku tidak begitu menyukai dingin, jalanan menjadi becek. Dari rumah pun terlihat gunung Salak, tempat ini dekat dengan kota Bogor si kota hujan itu. Kota yang dulu pernah aku impikan sebagai tempat studiku.

Meninggalkan rumah baru sungguh berat. Dimana rumah yang dulu dekat dengan penjual pakan hamster, salon langganan creambath dan eye treatment, pasar, dan cukup sekali naik angkutan untuk bisa sampai Margo City, Depok Town Square, Plaza Depok, ITC Depok, dan salon langganan potong. Sedihnya harus meninggalkan kucing kesayangan Barie, aku sudah tau ini akan terjadi. Lagi-lagi harus meninggalkan kucing, sepertinya memelihara hamster adalah pilihan yang tepat karena ukurannya yang kecil bisa di bawa kemana-mana. Kuliah pun jadi jauh huhu.

Meninggalkan kota Depok merupakan hal yang paling-paling berat! Di saat aku sedang berkontribusi untuk Depok, aku harus pindah ke Bogor. Gara-gara Earth Hour Depok, aku jadi tau berbagai hal luar biasa mengenai Depok dan sekitarnya. Aku yang selama ini tinggal di Depok pun jadi kagum. Ikut berbagai event dan mengenal banyak orang hebat seperti Emil Dardak dan Arumi Bachsin, mengedukasi anak-anak SD yang lucu, bekerja sama dengan UI, bekerja sama dengan pemkot Depok, pokoknya sedih harus meninggalkan Kota Depok huhu.

Tapi...
Ini merupakan keputusan Papa. Mau gak mau ya harus adaptasi, aku sebenarnya sangat menyukai tempat baru dan lingkungan baru karena aku cepat jenuh. Namun, rasanya capek jika harus pindah-pindah terus. Mengemasi barang dan bulak-balik, merasa sedih dan kehilangan terutama pada bintang peliharaan.

Rumah lama dan rumah baru. Hmm...rumah baru juga nantinya akan jadi rumah lama yang akan membuat nyaman. Sudah terbiasa hidup nomaden, namun dengan begitu aku mudah beradaptasi dalam lingkungan sosial karena banyak belajar dari hal tersebut.

            Rumah baru. Semoga jadi rumah terakhir dalam keluarga ini ya. Amin.

Rumah Lama

Rumah Baru

0 komentar:

Posting Komentar

My Birthday :)

Daisypath - Personal pictureDaisypath Happy Birthday tickers
 

PURPLE CATZ Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review