Powered By Blogger

Rabu, 30 April 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK : Analisa Anion

Diposting oleh Luneta Aurelia Fatma di 03.42.00


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
Analisa Anion
1 April 2014



Disusun Oleh :
Indah Rahmawati                         (2011340023)
Rima Ayu Aditias Putri               (2011340027)
Luneta Aurelia                              (2013340014)
Siti Fara Juliastuti                        (2013340051)
                         Anne Meilinda                               (2013340003)
                         Rizki Kurnia                                  (2013340044)

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS SAHID JAKARTA
2014

A.   Judul Praktikum                  :
       Analisa Anion

B.       Tujuan                                  :
1)      Untuk mengetahui dan memahami cara analisa pemisahan anion pada suatu sampel
2)      Untuk mengetahui anion apa saja yang terkandung dalam suatu sampel

C.      Tinjauan Pustaka                 :
Kimia analitik dapat dibagi dalam 2 bidang, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel. Sedangkan analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyaknya satu zat tertentu yang ada dalam sampel (A.L. Underwood :1993).
Banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan analisis kualitatif.  Ion-ion dapat diidentifikasi berdasarkan sifat fisika dan kimianya. Beberapa metode analisis kualitatif modern menggunakan sifat fisika seperti  warna, spektrum absorpsi, spektrum emisi, atau medan magnet  untuk  mengidentifikasi ion pada tingkat konsentrasi yang rendah. Namun demikian kita juga dapat menggunakan sifat fisika dan kimia untuk mengembangkan suatu metode analisis kualitatif menggunakan alat-alat  yang sederhana yang dipunyai hampir semua laboratorium.   Sifat fisika yang dapat diamati langsung seperti warna, bau, terbentuknya gelembung gas atau pun endapan merupakan informasi awal yang  berguna untuk analisis selanjutnya.(Svehla, 1990)
Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Reaksi kering ialah sejumlah uji yang berguna dapat dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa melarutkan contoh. Petunjuk untuk operasi semacam ialah pemanasan, uji pipa tiup, uji nyala, uji spektroskopi dan uji manik. Reaksi basah ialah uji yang dibuat dengan zat-zat dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung dengan terbentuknya endapan, dengan pembebasan gas dan dengan perubahan warna. Mayoritas reaksi analisis kualitatif dilakukan dengan cara basah (G. Svehla : 1985)
Cara identifikasi ion dibagi menjadi 2 macam, yaitu identifikasi kation dan identifikasi anion. Namun, pada analisa anion tidak begitu sistematik seperti pada identifikasi kation. Salah satu cara penggolongan anion adalah pemisahan anion berdasarkan kelarutan garam-garam perak, garam-garam kalsium, barium dan seng. Selain itu ada cara penggolongan anion menurut Bunsen, Gilreath dan Vogel. Bunsen menggolongkan anion dari sifat kelarutan garam perak dan garam bariumnya, warna, kalarutan garam alkali dan kemudahan menguapnya. Gilreath menggolongkan anion berdasarkan pada kelarutan garam-garam Ca, Ba, Cd dan garam peraknya. Sedangkan Vogel menggolongkan anion berdasarkan pada proses yang digunakan dalam identifikasi anion yang menguap bila diolah dengan asam dan identifikasi anion berdasarkan reaksinya dalam larutan. Identifikasi anion yang menguap bila diolah dengan asam dibagi dua lagi yaitu anion membentuk gas bila diolah dengan HCl encer atau H2SO4 encer, dan anion yang membentuk gas atau uap bila diolah dengan H2SO4 pekat.
Ada pula identifikasi anion berdasarkan reaksi dalam larutan, yaitu anion yang diidentifikasi dengan reaksi pengendapan dan dengan reaksi redoks. Reaksi pengendapan umumnya terjadi saat proses pemisahan yang kemudian dilanjutkan dengan uji identifikasi, namun tidak ada jenis anion tertentu yang termasuk dalam kelompok reaksi pengendapan karena hal tersebut sesuai dengan uji lanjutannya. Pembentukan endapan karena adanya senyawa baru setelah bereaksi. Banyak sekali reaksi yang di gunakan dalam analisis anorganik kualitatif melibatkan pembentukan endapan. Endapan adalah zat yang memisahkan dari suatu fase padat keluar dari larutan endapan, mungkin berupa Kristal (kristalin) atau koloid dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan. Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan ke larutan (S) satu endapan, menurut defenisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan  tergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu dan pada komposisi pelarutnya.
Berikut merupakan Anion yang digolongkan berdasarkan reaksi redoks, yaitu :
1. Anion Pengoksidasi
·      Anion dalam kelompok ini adalah ClO4-, ClO3-, NO3, SO42-, Cr2O72-, IO3, dan lain-lain
·      Prinsip kerjanya adalah mula-mula sampel ditambahkan Na2Co3 (jenuh), lalu dipanaskan selama 10 menit kemudian filtrat ditambahkan dengan HCl pekat dan MnCl2. Apabila warna sampel berubah menjadi hitam atau coklat berarti sampel tersebut mengandung anion pengoksidasi.

2. Anion Preduksi
·      Anion dalam kelompok ini adalah S2-, S2O32-, SO3-, Cl-, CNS-, CN-,[Fe(CN)6)4]
·      Prinsip kerjanya adalah mula-mula sampel ditambahkan Na2Co3 (jenuh), lalu dipanaskan selama 10 menit kemudian filtrat ditambahkan dengan HCl pekat dan MnCl2. Apabila warna sampel berubah menjadi hitam atau coklat berarti sampel tersebut mengandung anion pengoksidasi.
Anion lainnya tidak memberikan reaksi dengan asam sulfat pekat dalam  keadaan dingin, tetapi nitrat bereaksi menghasilkan uap coklat dari NO2 yang dihasilkan, dan asetat  memberikan bau khas cuka jika direaksikan dengan asam sulfat pekat.
Untuk praktikum kali ini dilakukan pemisahan dan identifikasi anion-anion berikut  Nitrat, Permanganat, Kromat, Sulfat, Ferisianida, Karbonat, Asam Cuka, dan ion Hidroksida pada Magnesium Hidroksida. Anion-anion tersebut banyak kita jumpai dalam reaksi kimia ada yang berguna sebagai pengoksidasi, ada yang bergabung dengan logam seperti natrium dan kemudian membentuk garam, serta ada pula yang menandakan sifat alkalis (basa).
Nitrat, NO3-. Kelarutan : Semua nitrat larut dalam air. Nitrat dari merkurium dan bismut menghasilkan garam basa setelah diolah dengan air; garam-garam ini larut dalam asam nitart encer. Nitrat bertindak sebagai oksidator atau zat pengoksidasi. Fungsi dari zat pengoksidasi adalah sebagai berikut  memberi oksigen kepada zat lain, memindahkan hidrogen dari zat lain, mengambil elektron dari zat lain.
Permanganat adalah sebuah nama umum untuk senyawa kimia yang mengandung ion manganat(VII) ion, (MnO4). Karena mangan mempunyai bilangan oksidasi sebesar +7, maka ion permanganat(VII) merupakan oksidator kuat. Ion ini mempunyai bentuk geometri tetrahedral.[1] Larutan permanganat biasanya berwarna ungu dan bersifatneutral dan sedikit mempunyai sifat alkalinitas. Dalam larutan asam, permanganat(VII) akan tereduksi sehingga tidak berwarna dan bilangan oksidasinya menjadi +2 (ion mangan(II) (Mn2+)).
8 H+ + MnO4 + 5 e → Mn2+ + 4 H2O
Dalam larutan basa kuat, permanganat(VII) akan tereduksi, warnanya menjadi hijau, dengan bilangan oksidasi +6 (manganat MnO42−).
MnO4 + e → MnO42−
Sedangkan, dalam larutan netral, ion ini akan tereduksi sehingga bilangan oksidasinya menjadi +4, warnanya hijau (mangan dioksidaMnO2).
2 H2O + MnO4 + 3 e → MnO2 + 4 OH
Ion kromat (CrO42-) merupakan oksidator yang kuat dan mudah melepas oksigen sehingga penanganannya perlu berhati-hati. Zat-zat ini harus disimpan ditempat tersendiri dan tidak boleh berada di dekat zat-zat organik karena dapat menyebabkan kebakaran. Reaksi reduksi ion kromat dan dikromat bergantung pada keasaman larutan. Dalam reaksi kimia bila ion kromat dan dikromat bertindak sebagai oksidator (ketika direaksikan dengan suatu reduktor) bilangan oksidasi kromium turun menjadi +3 dan produk yang diperoleh bergantung pada keadaan keasaman larutan. Dalam larutan asam ion kromium direduksi menjadi ion Cr3+, dalam larutan sedikit basa produk reduksinya adalah Cr(OH)3 yang tidak larut dan dalam larutan sangat basa ion kromat direduksi menjadi ion kromit (CrO2-). Persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut.
Larutan asam
6e + 14H+ + Cr2O7 → 2Cr3+ + 7H2O
Larutan sedikit basa
3e + 4H2O + CrO42- → Cr(OH)3 + 5OH-
Larutan sangat basa
3e + 2H2O + CrO42- → CrO2- + 4OH-
Sulfat merupakan sejenis anion poliatom dengan rumus empiris SO42- dengan massa molekul 96.06 satuan massa atom; ia terdiri dari atom pusat sulfur dikelilingi oleh empat atom oksigen dalam susunan tetrahidron. Ion sulfat bermuatancas dua negatif dan merupakan basa konjugat ion hidrogen sulfat (bisulfat), HSO4-, yaitu bes konjugat asam sulfat, H2SO4. Terdapat sulfat organik seperti dimetil sulfat yang merupakan senyawa kovalen dengan rumus (CH3O)2SO2, dan merupakan ester asam sulfat. Kebanyakan sulfat sangat larut dalam air. Kecuali dalam kalsium sulfat, stronsium sulfat dan barium sulfat, yang tak larut. Barium sulfat sangat berguna dalam analisis gravimetri sulfat: penambahan barium klorida pada suatu larutan yang mengandung ion sulfat. Kelihatan endapan putih, yaitu barium sulfat menunjukkan adanya anion sulfat. Ion sulfat bisa menjadi satu ligan menghubungkan mana-mana satu dengan oksigen (monodentat) atau dua oksigen sebagai kelat atau jembatan. Contoh ialah molekul logam netral kompleks PtSO4P(C6H5)32, di mana ion sulfat berperan sebagai ligan bidentat. Ikatan oksigen-logam dalam molekul sulfat kompleks mempunyai ciri kovalen.
Ferisianida merupakan zat pengoksidasi yang kuat dalam kondisi basa. Sifatnya racun, karena dapat mengubah ion Fe dalam hemoglobin, dari bentuk ferro ke bentuk ferri.
Karbonat adalah garam dari asam karbonat, ditandai dengan adanya ion karbonat. Nama mungkin juga berarti ester dari asam karbonat, senyawa organik yang mengandung gugus karbonat. Ion karbonat adalah anion oxocarbon yang paling sederhana. Terdiri dari atom karbon satu dikelilingi oleh tiga atom oksigen. Karbonat memiliki struktur kimia CO3.
Anion asetat, (C2H3O2), adalah sebuah ion karboksilat dan merupakan basa konjugasi dari asam asetat. Ion asetat dihasilkan dari deprotonasi asam asetat.
CH3COOH  CH3COO + H+
 Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasaasam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebutasam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C. Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (−COOH) dalam asam karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pKa=4.8. Basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO). Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira sama dengan konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2.4.
Hidroksida adalah suatu ion poliatomik yang terdiri dari oksigen dan hidrogen (OH). Ion ini bermuatan −1 dan merupakan salah satu ion poliatomik yang paling sederhana. Sebagian besar hidroksida tidak larut dalam air. Suatu kelompok basa yang mengandung hidroksida disebut basa hidroksida. Basa ini akan terdisosiasi di dalam air menjadi satu kation dan satu atau lebih ion hidroksida sehingga menjadikan larutan tersebut bersifat basa. Proses ini membentukalkali hidroksida, yang dapat menjalani reaksi netralisasi dengan asam. Secara umum, reaksi asam-alkali dapat disederhanakan menjadi:
OH(aq) + H+(aq)  H2O(cair)
dengan melepaskan ion spektator.

D.      Alat dan Bahan                    :
1.      Alat yang digunakan :
·         Tabung Reaksi + Rak
·         Pipet Tetes
·         Pipet Gondok dan Balb
·         Gelas Piala

2.      Bahan yang diperlukan :

·         Sampel
·         Larutan AgNO3 encer
·         Larutan NH4OH encer
·         Larutan HCl encer
·         Larutan NaOH encer
·         Larutan H2SO4 encer
·         Aquadest



E.            Prosedur Kerja
1.             Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.             Semua alat yang digunakan dibilas dengan aquadest
3.             Dilakukan analisis anion pengoksidasi atau pereduksi, dengan skema sebagai berikut :
4.       Sampel A dipipet sebanyak 5 ml, ditambahkan 5 ml AgNO3. Jika terjadi endapan, filtrat dan endapannya dipisahkan.
5.       Filtrat yang terbentuk dipipet sebanyak 5 ml untuk identifikasi nitrat dan 5 ml untuk identifikasi permanganat.
Identifikasi Nitrat dilakukan dengan penambahan NH4OH tetes demi tetes (diperhatikan perubahannya), terbentuknya anion nitrat ditandai dengan adanya bau NH3 yang menyengat, sedangkan untuk Identifikasi Permanganat, 5 ml filtrat tersebut ditambahkan NaOH sampai terbentuk warna ungu menjadi hijau.
6.       Endapan yang terbentuk saat sampel ditambahkan 5 ml AgNO3, ditambahkan air panas tetes demi tetes sampai terjadi perubahan, setelah itu filtrat dan endapannya dipisahkan.
·         Filtrat yang terbentuk tersebut ditanbahkan HCl encer, sampai terjadi pengendapan kembali. Endapan yang terbentuk berupa AgCl dan filtratnya diuji untuk identifikasi kromat dengan penambahan HCl encer, pembentukan anion kromat ditandai oleh terbentuknya endapan AgCl berwarna putih.
·         Endapan yang terbentuk pada tahap 6 ditambahkan HCl encer, sehingga terjadi pengendapan kembali. Endapannya berupa Ag3(CN)6 dan diuji identifikasi ferisianida dengan penambahan CuSO4, Adanya anion ferisianida ditandai dengan terbentuknya warna coklat berupa Cu3[Fe(CN6)]2. Sedangkan filtratnya dibagi dua dan dilakukan identifikasi sulfat, filtrat satu ditambahkan BaCl2 dan HCl sehingga terbentuk BaSO4 berwarna putih, filtrat dua ditambahkan Pb(NO3)2 berwarna putih.
7.       Sampel yang berbeda, yaitu sampel B dilakukan identifikasi karbonat, asam cuka dan Mg2+.
·         Pada identifikasi Karbonat, sampel B dipipet sebanyak 3 ml, kemudian ditambahkan HCL encer, adanya karbonat ditandai dengan adanya CO2 yang berbuih.
·         Pada identifikasi Asam Cuka, sampel B dipipet sebanyak 3 ml, kemudian ditambahkan H2SO4 encer, adanya asam cuka ditandai dengan terciumnya bau cuka yang menyengat.
·          Pada identifikasi Mg2+, sampel B dipipet sebanyak 3 ml, kemudian ditambahkan NaOH  encer, adanya Magnesium ditandai dengan terbentuknya endapan warna putih sebagai Mg(OH)2



F.       Data dan Pengamatan         :
·         Sampel A + AgNO3 -------> Tidak terbentuk endapan, hanya terbentuk larutan berwarna putik keruh, sehingga langsung diuji identifikasi Nitrat dan Permanganat.

·         Identifikasi Nitrat
Campuran (Sampel A + AgNO3) +  NH4OH -------> NH3 (terciumnya bau menyengat amoniak)
àSampel teridentifikasi ada anion Nitrat

·         Identifikasi Permanganat
Campuran (Sampel A + AgNO3) +  NaOH -------> Tidak terbentuk larutan ungu yang berubah menjadi hijau
àSampel tidak teridentifikasi adanya anion permanganat 

·         Identifikasi Karbonat
Sampel B + HCL encer -------> Tidak ada buih
àSampel tidak teridentifikasi adanya anion karbonat 

·         Identifikasi Asam Cuka
Sampel B + H2SO4 encer -------> CH3COOH (terciumnya bau menyengat cuka)
àSampel teridentifikasi adanya anion asetat 

·         Identifikasi Mg2+
Sampel B + NaOH  -------> Tidak ada perubahan
àSampel tidak teridentifikasi adanya anion hidroksida 

G.      Hasil dan Pembahasan :
Anion adalah atom yang bermuatan negatif bila kelebihan elektron. Analisis anion diawali dengan uji pendahuluan untuk memperoleh gambaran ada tidaknya anion tertentu atau kelompok anion yang memiliki sifat – sifat yang sama. Selanjutnya diikuti dengan proses analisis yang merupakan uji spesifik dari anion tertentu. Pemisahan secara fisik dari anion umumnya tidak penting, karena uji spesifik anion hanya peka terhadap anion tertentu dan tidak peka untuk anion lainnya. Hanya bila terjadi interferensi atau gangguan alam suatu analisis anion oleh anion lain, maka diperlukan langkah awal proses pemisahan.
Berdasarkan data pengamatan, reaksi awal untuk sampel A setelah penambahan AgNO3, tidak terbentuk endapan walaupun penambahannya telah berlebih. Hal tersebut diduga karena pada sampel memang tidak terdapat anion-anion ferisianida sebagai Ag3[Fe(CN)6] , anion sulfat sebagai Ag2SO4, dan anion kromat sebagai AgCrO4. Dugaan selanjutnya adalah terbentuknya senyawa kompleks dan kurangnya konsentrasi AgNO3 yang digunakan sehingga tidak mampu mngendapkan larutan. Berdasarkan teori, endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan ke larutan (S) satu endapan, menurut defenisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan  tergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu dan pada komposisi pelarutnya. Jelas terlihat bahwa konsentrasi pelarut sangat berpengaruh dengan proses pengendapan, konsentrasi pereaksi yang kurang tidak menjenuhkan larutan, artinya nilai dari kspnya lebih besar dari nilai hasil kali kelarutannya. Hasil kali kelarutan secara umum dilambangkan dengan Qc dan cara menghitungnya sama dengan Ksp yaitu merupakan hasil kali konsentrasi ion-ion yang terurai dalam suatu garam sukar larut. Perbedaannya, nilai Qc menunjukkan hasil kali kelarutan pada keadaan yang belum bisa dipastikan apakah larutan tersebut belum jenuh, tepat jenuh atau lewat jenuh (terbentuk endapan) sedangkan Ksp adalah hasil kali konsentrasi ion-ion yang terurai dalam suatu garam sukar larut pada keadaan maksimum (tepat jenuh). Ketentuannya sebagai berikut :
Jika nilai Qc
Jika nilai Qc=Ksp        maka larutan tersebut tepat jenuh.
Jika nilai Qc>Ksp        maka larutan tersebut lewat jenuh (ditandai dengan terbentuknya endapan karena pelarut tidak mampu lagi melarutkan zat terlarut yang dalam hal ini adalah garam sukar larut)
     Karena tidak terbentuk endapan otomatis kami tidak bisa melakukan uji identifikasi kromat, sulfat dan ferisianida. Pada percobaan kemarin kami hanya melakukan uji nitrat dan permanganat. Berdasarkan hasil percobaan yang telah kami lakukan, anion yang positif pada sampel A adalah anion Nitrat dengan penandaan berupa terbentuknya gas amoniak. Dalam hal ini nitrat berfungsi sebagai zat pengoksidasi atau oksidator, karena mengubah NH4OH menjadi NH3, terjadi kehilangan ion hidrogen pada NH4OH.
Pada pengujian sampel B, dilakukan tiga uji identifikasi, yaitu identifikasi karbonat, asetat dan hidroksida, dari ketiga uji tersebut yang hasilnya positif adalah pada identifikasi asam cuka. Asam cuka memiliki rumus kimia sebagai berikut CH3COOH atau bisa disebut juga asam asetat. Cara identifikasi asetat ini bisa dibilang mudah, karena terbukti dengan timbulnya bau cuka yang menyengat. Sampel yang mengandung anion asetat akan bereaksi dengan asam sulfat dan terjadi pertukaran ion, asam sulfat yang mengandung ion H+ akan bergabung dengan ion asetat (CH3COO-) pada sampel membentuk asam asetat atau asam cuka.

H.      Kesimpulan dan Saran        :
Kesimpulan
Dari praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa:
·         Anion adalah atom yang bermuatan negatif bila kelebihan elektron. Analisis anion diawali dengan uji pendahuluan untuk memperoleh gambaran ada tidaknya anion tertentu atau kelompok anion yang memiliki sifat – sifat yang sama. Selanjutnya diikuti dengan proses analisis yang merupakan uji spesifik dari anion tertentu. Pemisahan secara fisik dari anion umumnya tidak penting, karena uji spesifik anion hanya peka terhadap anion tertentu dan tidak peka untuk anion lainnya. Hanya bila terjadi interferensi atau gangguan alam suatu analisis anion oleh anion lain, maka diperlukan langkah awal proses pemisahan.
·         Pemakaian zat pereaksi yang terlalu benyak, mungkin tidak akan terjadi endapan karena terbentuknya ion kompleks, sehingga pemakaian zat pereaksi secara berlebihan tidak berguna dan merupakan pemborosan, juga dapat menyulitkan proses analisa.
·         Larutan pencuci endapan berguna untuk membersihkan endapan dengan cara melarutkan kotoran yang terdapat dalam endapan. Dalam hal ini adalah air hangat dan HCl encer.
·         Berdasarkan teori, endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan ke larutan (S) satu endapan, menurut defenisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya.
·         Kelarutan  tergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu dan pada komposisi pelarutnya.
·         Berdasarkan hasil percobaan sampel A teridentifikasi ada anion Nitrat, dan sampel B teridentifikasi ada anion Asetat.
Saran
1.      Terlalu banyak hal yang menyangkut pembahasan praktikum. Oleh karena itu, perlu dibutuhkan banyak referensi yang harus dikutip dari berbagai sumber.
2.      Selama praktikum  mungkin kami melakukan kesalahan prosedur atau keteledoran, karena endapan tidak terbentuk. Hal ini menjadi pembelajaran bagi kami untuk lebih teliti lagi menjalankan prosedur kerja praktikum.
                      

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2013). Asetat. [Online]. http://id.wikipedia.org/wiki/Asetat. [9 April 2014]
Anonim. (2013). Asam Asetat. [Online]. http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_asetat . [9April 2014]
Anonim. (2013). Hidroksida. [Online]. http://id.wikipedia.org/wiki/Hidroksida [9 April2014]
Anonim. (2013). Karbonat. [Online]. http://id.termwiki.com/ID:carbonate_%E2%82%81. [9 April 2014]
Arindradita. (2009). Masteran Anion. [Online] http://levenspiel.wordpress.com/2009/04/19/. [9 April 2014]
Clark, Jim. (2004). Pengertian Oksidasi dan Reduksi. [Online] http://www.chem-is try.org/materi_kimia/kimia_anorganik1/oksidasi_dan_reduksi/ pengertian oksi dasi dan_reduksi_redoks/[9 April 2014]
Fitri, Devi. (2013). Ferrisianida Kalium. http://devhyvhy.blogspot.com/2013/06/ ferisianidakalium.html. [9 April 2014]




2 komentar:

deviastari.blogspot.com mengatakan...

Kesimpulanya bisa dipersingkat lagi gx?

Afri Waruwu mengatakan...

terimakasih, ini sangat bermanfaat

Posting Komentar

My Birthday :)

Daisypath - Personal pictureDaisypath Happy Birthday tickers
 

PURPLE CATZ Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review